Menurut KBBI, kebahagiaan/ba·ha·gia/adalah keadaan atau emosi yang bahagia dan tentram (bebas dari segala kerepotan). Mengutip SehatQ (Trifiana, 2021), para ahli mengatakan ada beberapa konsep kebahagiaan. Salah satunya adalah Walter A. Pitkin, penulis buku Happiness Psychology, yang senang dengan emosi yang menyertainya seperti kepuasan dan kenyamanan.
Menurutnya, menjadi bahagia bukan hanya tentang kesempatan atau keberuntungan. Selain itu, kebahagiaan tidak hanya terkait dengan kesehatan fisik dan umur panjang, tetapi juga untuk menjalani kehidupan yang bermakna.
Kesejahteraan manusia adalah hasil dari aksi hormon dopamin. Dopamin diproduksi di beberapa daerah otak, terutama hipotalamus, substansia nigra, dan daerah tegmental ventral, dan dopamin juga merupakan neurohormon. Dopamin memberikan sinyal antar sel saraf atau dengan sel lain. Di sistem saraf pusat, dopamin berperan dalam motorik, pembelajaran, memori, tidur, kognisi, emosi, dan kegembiraan (Wardhana, 2014).
Dilansir Tempo.co rasa senang atau bahagia ini dapat ditingkatkan dengan pola hidup senang seperti olahraga dan makanan. Diksha Chhabra, pelatih kebugaran dan ahli gizi India, mengakui bahwa dalam banyak kasus, makanan kaya gula dan lemak meningkatkan kadar hormon dopamin.
Jika hal ini terus terjadi dalam kehidupan sehari-hari ini akan meningkatkan resiko obesitas yang cukup berat. Obesitas menurut WHO adalah akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan dan dapat menyebabkan resiko kesehatan pada individu. Akumulasi lemak yang ada di dalam tubuh dapat terjadi akibat dari asupan makan yang melebih kadar seseorang (Handayani et al., 2016).
Masalah obesitas atau kegemukan ini semakin semakin tinggi dikalangan masyarakat. Saat ini banyak penelitian yang mengaitkan obesitas dengan beragam penyakit.
Obesitas ditemukan pada orang dewasa, remaja bahkan sampai ke anak-anak. Lebih dari 1,4 miliar orang dewasa yg overweight & lebih 500 juta orang dewasa di dunia mengalami obesitas dari WHO, 2008.
Di Indonesia, dari menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), memperlihatkan peningkatan prevalensi obesitas dalam penduduk berusia > 18 tahun menurut 11,7% dalam tahun 2010 sebagai 15,4% dalam tahun 2013. Riskesdas juga berkata perbedaan prevalensi obesitas menurut nilai prevalensi nasional dalam beberapa provinsi pada Indonesia.
Masalah yag sedang berkembang dalam waktu ini adalah kasus kesehatan yang ditentukan sang sektor diluar kesehatan misalnya sektor industri & perdangan. Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah indikator ke-tiga dalam SDG`s. Salah satu menurut PTM ini merupakan penyakit obesitas, dari data WHO dalam tahun 2013 obesitas mengakibatkan kematian dalam 2,8 juta orang dewasa setiap tahunnya.
Apalagi sekarang telah berkembangnya teknologi yang mempermudah untuk menunjang kehidupan, dengan adanya teknologi banyak dari masyarakat semakin malas untuk melakukan aktivitas. Mereka lebih memilih jalan pintas untuk mendapatkan kepuasannya