Didalam pelosok hutan yang merimba, hiduplah sebuah kerajaan besar. Kerajaan itu bernama Kerajaan Aguna. Kerajaan dengan kekayaan yang melimpah dan budayanya yang kaya. Hutan yang lebat, sungai penuh dengan ikan, flora dan fauna yang mendiami hutan menjadi sumber kekayaan kerajaan. Tidak jarang para pedagang berlalu lalang ke Kerajaan Aguna untuk berdagang dengannya.
Kerajaan Aguna dipimpin oleh seorang raja bernama Raja Ingmas. Namun, Raja Ingmas kini telah berumur dan mengidap penyakit. Sehingga, diperlukannya pengganti untuknya. Tetapi, Raja Ingmas hanya memiliki seorang putri bernama Putri Areum.
Sedangkan seorang putri tidak diperkenankan menjadi pemimpin kerajaan pada saat itu. Maka, tahta selanjutnya diberikan kepada sepupu Raja Ingmas, yaitu Kang Patih. Tetapi, para rakyat menganggap Kang Patih tidak layak menjadi pemimpin karena keteledoran dan sifatnya yang tidak mempedulikan orang lain.
Putri Areum gemar melukis. Saat ia memiliki waktu senggang, hal yang pasti ia lakukan adalah melukis. Setiap dinding dikamarnya terhiasi oleh coretan - coretan kuasnya. Hingga pada suatu hari, neneknya memberikan Areum sebuah kuas yang indah. Kuas itu berkilau dan terbuat dari serabut emas.
Wah! ternyata kuas itu merupakan kuas ajaib yang membuat apapun yang dilukisnya menjadi nyata. Areum terkejut, ia mulai melukis segala hal dari buah-buahan, barang, hewan, dan semuanya menjadi nyata! Areum tidak bisa berhenti melukis berbagai hal dengan kuas itu.
Pada suatu siang yang terik, Areum sedang membersihkan kamarnya. "Tuk!" suatu bunyi misterius datang dari bawah ranjangnya. Areum menemukan suatu peti kecil yang terbuat dari kayu. Ia ambilah peti itu dan membukanya dengan ragu-ragu. Ternyata, peti kecil itu berisikan foto-foto kecil Areum dan keluarganya.
Namun, ada satu sosok tak ia kenali dari foto-foto itu. Ia langsung menjumpai ayahnya untuk menanyakan siapa sosok laki-laki kecil dalam foto keluarganya itu. Raja Ingmas menghela nafas, ternyata ia merupakan kembaran laki-laki Putri Areum bernama Brana. Brana dianggap para rakyat pembawa keburukan kerajaan. Kemanapun ia melangkah, keburukan selalu hadir.
Dahulu, Brana pernah menghampiri seorang rakyat yang sedang memanen jagungnya. Dan pada saat itu juga, jagung yang sedang dipanen rakyat telah membusuk. Kejadian - kejadian seperti itulah yang membuat para rakyat menganggap Brana adalah pembawa keburukan kerajaan. Hingga suatu hari, Brana menghilang tidak ditemukan. Areum tidak mengingat Brana karena diberikannya ramuan untuk melupakan Brana.
Setelah mengetahui hal tersebut, Areum bergegas menemui neneknya untuk menanyakan Brana. "Legenda mengatakan Brana terperangkap didalam suatu goa jauh dari kerajaan dalam hutan yang sangat lebat" ujar sang nenek kepada Areum. "Bagaimana aku mencarinya?" tanya Areum. "Gunakanlah kuasmu itu dengan baik, jika kamu menggunakannya dengan baik, maka Brana akan balik ke Kerajaan ini" jawab sang nenek dengan lantang.
Bergegaslah Areum mengemas barang-barangnya dan izin kepada ayahnya untuk mencari Brana yang menghilang itu. Areum melukis seekor kuda yang gagah untuk membawanya kedalam pelosok-pelosok hutan. Setiap kebutuhan yang ia perlukan, ia lukiskan dengan kuas itu. Setelah berhari-hari mencari, dengan perjalanan yang panjang, dan beberapa lukisan yang dibuat Areum, ditemukanlah sebuah goa jauh dari kerajaan, terselimuti didalam lebatnya hutan.
Lentera telah ia lukis. Digenggamnya erat-erat memasuki gelapnya goa. Pada suatu dinding goa, Areum menemukan sebuah ukiran besar menggambarkan seorang laki-laki kecil dengan mahkota. "Ini pastinya Brana" gumamnya saat menghadapi ukiran tersebut. Namun, bagaimana ia bisa mengeluarkan Brana? Ia keluarkanlah kuas ajaib itu dan mulai melukis Brana diatas ukiran tersebut. Betapa besarnya ukiran itu, Areum memakan waktu seharian hanya untuk melukis Brana. Dan.......... "DUG!" seorang figur muncul dari lukisan itu.