Lihat ke Halaman Asli

Memecah Batu Menjadi Kerikil

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



“Batu-batu besar itu harus segera dipecahkan. Menjadi kerikil yang lebih kecil ukurannya. Agar dapat segera disusun di jalanan berlubang, kemudian di aspal, agar menjadi jalanan yang mulus.”


Seperti halnya sebuah masalah. Terkadang jalan hidup kita di dunia tak selalu mulus. Banyaknya problematika yang harus dihadapi, baik itu dari masalah yang kecil hingga masalah yang besar. Jika masalah ibarat batu yang besar, maka masalah tersebut harus segera di pilah-pilah agar lebih sederhana dan semakin mudah menghadapinya.


Terkadang kita sibuk mengeluh beratnya hidup dengan berbagai masalah. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya, ”Allah tidak akan membebani seseorang dengan ujian melainkan sekadar dengan kesanggupannya.” Allah tidak hendak menyulitkan hidup manusia. Bahkan tujuan manusia di ciptakan oleh Allah adalah untuk dimuliakan. Seringkali, kita berfokus pada masalah itu sendiri, padahal hal tersebut akan semakin memperparah keadaan. Maka, apa yang sebenarnya harus kita lakukan?


Pertama, mengingat Allah. Ketahuilah, bahwa segala masalah  adalah bentuk perhatian Allah kepada kita. Itu adalah bukti Allah sedang memperhatikan kita. Allah berfirman”Apakah mereka mengira tidak akan datang ujian kepada mereka setelah mereka mengatakan ‘saya telah beriman’.” Maka, berbahagialah bagi yang sedang dirundung masalah, Allah sedang menunjukkan kasih sayangnya pada kita! Jangan sampai kita terlena, hidup tanpa masalah belum tentu selamanya baik bagi kita. Jangan-jangan itu karena Allah tiada menginginkan agar kita agar lebih dekat dengan-Nya. Na’udzubillah.


Kedua, memilah-milah masalah. Pandailah memilah masalah yang tengah kita hadapi. Kita mungkin merasa berat dengan beban masalah yang di pikul. Namun kita masih bisa membagi-baginya menurut tingkat kesulitan yang ada. Lalu ‘menjinjiing’nya, niscaya akan lebih ringan. Berusaha menyelesaikannya satu persatu. Hendaklah bersikap bijak dan fokus untuk mencari solusi. Bukan berfokus pada masalahnya.


Ketigatidak menyalahkan orang lain. Kebanyakan dari sifat manusia adalah suka menyalahkan orang lain. Tak peduli siapa yang bersalah, manusia cenderung berfikir negatif pada orang-orang di sekitarnya. Menganggap tindakannya yang paling benar, merasa oarang lain yang harus bertanggungjawab pada masalah yang menimpa diri kita. Padahal, setiap perbuatan sekecil yang kita lakukan pasti ada balasannya. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita petik. Tak ada asap jika tiada api. Jadi, belajarlah untuk introspeksi diri. Kita koreksi apa yang salah dalam tindakan kita, sebelum menyalahkan orang lain. Apalagi menggugat takdir Allah. Mintalah petunjuk dari Allah SWT.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline