Lihat ke Halaman Asli

Ketahanan dan Keanekaragaman Pangan sebagai Pilar Kesejahteraan Indonesia di Masa Depan

Diperbarui: 4 November 2024   00:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketahanan pangan merupakan elemen penting dalam memastikan kesejahteraan masyarakat dan stabilitas nasional. Di Indonesia, negara dengan populasi yang terus bertambah dan keberagaman budaya yang melimpah, ketahanan pangan menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan serius. Keberhasilan pembangunan sektor pangan tidak hanya bergantung pada kapasitas produksi, tetapi juga pada keanekaragaman pangan yang dimiliki, termasuk pemanfaatan sumber daya lokal dan kearifan budaya dalam pengolahan serta konsumsi pangan. Dengan adanya perubahan iklim, tekanan globalisasi, dan ketidakpastian ekonomi global, memperkuat ketahanan dan keanekaragaman pangan adalah langkah strategis yang harus diprioritaskan untuk memastikan kesejahteraan rakyat Indonesia di masa mendatang.

Peran Ketahanan Pangan dalam Kesejahteraan Nasional

Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai kondisi di mana seluruh lapisan masyarakat memiliki akses yang cukup terhadap pangan yang bergizi dan aman untuk dikonsumsi. Ketahanan pangan memiliki tiga pilar utama: ketersediaan, akses, dan stabilitas. Dalam konteks Indonesia, ketahanan pangan memiliki arti yang lebih luas, meliputi upaya untuk memastikan bahwa kebutuhan pangan pokok seperti beras, jagung, ikan, daging, dan sayuran dapat terpenuhi dari produksi lokal, sehingga mengurangi ketergantungan pada impor. Ketahanan pangan yang baik tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi dan ketahanan sosial, terutama di wilayah pedesaan yang sangat bergantung pada sektor pertanian dan perikanan.

Keanekaragaman Pangan sebagai Solusi terhadap Ketahanan Pangan

Keanekaragaman pangan adalah aspek penting dalam ketahanan pangan yang sering kali diabaikan. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya pangan lokal yang sangat beragam, seperti umbi-umbian, biji-bijian, sayur-mayur, buah-buahan, serta bahan pangan laut. Pangan tradisional merupakan wujud nyata interaksi budaya dan alam, sekaligus menjadi cerminan dari apa yang dikonsumsi oleh para leluhur. Paradigma dan haluan pangan di Indonesia sudah seharusnya dirubah, dengan keberagaman yang ada, sudah seharusnya orientasi pangan mengacu pada keragaman pangan pula terlebih di sumber daya hayati. Keberagaman budaya dan daerah yang ada di Indonesia nyatanya belum cukup atau belum maksimal untuk menggeser haluan juga orientasi pangan yang didominasi oleh beras, data menunjukkan kebutuhan beras di Indonesia menyentuh angka 31,2 juta ton. Hal ini berdasarkan prognosa neraca pangan nasional periode Januari hingga Desember 2024 yang telah disusun oleh Badan Pangan Nasional.

Budaya makan di Indonesia secara langsung menggambarkan hasil kearifan lokal yang diwariskan, sehingga memperlihatkan keberagaman tanaman pangan sesuai dengan kondisi alam dan budaya setiap wilayah. Dengan pemanfaatan sumber daya lokal ini, keanekaragaman pangan seharusnya dapat memperkaya asupan nutrisi masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Pemanfaatan pangan lokal yang beragam juga dapat mengurangi dampak perubahan iklim pada ketahanan pangan. Misalnya, tanaman lokal seperti sagu, singkong, dan ubi jalar dikenal lebih tahan terhadap cuaca ekstrem dibandingkan padi. Dengan mempromosikan konsumsi pangan lokal yang lebih beragam, Indonesia tidak hanya memperkuat ketahanan pangan tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Tantangan dan Hambatan dalam Mewujudkan Ketahanan dan Keanekaragaman Pangan

Meskipun potensi untuk memperkuat ketahanan dan keanekaragaman pangan sangat besar, Indonesia menghadapi beberapa tantangan dalam mewujudkannya. Pertama, modernisasi dan globalisasi mendorong perubahan pola konsumsi masyarakat, di mana makanan cepat saji dan produk impor menjadi lebih populer. Hal ini menyebabkan pengabaian terhadap sumber pangan lokal, yang berakibat pada penurunan produksi dan konsumsi pangan asli Indonesia.

Kedua, perubahan iklim yang semakin mempengaruhi sektor pertanian, terutama pada tanaman padi yang sangat tergantung pada curah hujan. Bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan berdampak buruk pada hasil pertanian, sehingga menambah risiko ketidakstabilan pangan di tingkat nasional. Selain itu, infrastruktur pertanian dan distribusi pangan yang belum merata di beberapa wilayah juga menghambat upaya pemerataan akses pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Tantangan lainnya adalah kebijakan pangan yang kadang kurang berpihak pada diversifikasi pangan. Fokus yang besar pada produksi beras sebagai makanan pokok menyebabkan jenis-jenis pangan lain kurang mendapat perhatian, baik dalam aspek produksi maupun pemasaran. Untuk menciptakan ketahanan pangan yang sejati, dibutuhkan kebijakan yang mendukung diversifikasi pangan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi makanan yang beragam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline