Lihat ke Halaman Asli

Khairu Syukrillah

Aceh | khairuatjeh@gmail.com | IG @khairusyukrillah

Puisi | Gersang Tak Bernada

Diperbarui: 19 April 2020   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pri

Hilir mudik sang camar kini telah hilang, dibarengi sang nyanyian alam yang tak lagi bernada bahkan bertahta. 

Kini semuanya gersang, kelam, hitam tak bersuara dan tak lagi berkata-kata. 

Terdiam namun bukan membisu, teriak namun tak bersuara dan berlari namun tak bergerak. 

Semuanya hilang, semuanya sirna tak berbekas apalagi berbayang bagaikan bayang-bayang yang diperaduan. 

Langit yang awalnya biru, kini menghitam namun bukan pertanda kelam. Langit yang berawal cerah kini berubah pekat namun tetap terik. 

Semuanya perlahan sirna, hilang dan tak beraturan yang menyerang pikiran. Terkadang lamunan menjadi tuan yang tak bertuhan. 

Gersang, hitam, panas dan bahkan tak bersuara bagaikan membisu namun seakan tak terbaca. 

Semuanya runtuh, gugur, dan tak lagi berdaun bagaikan hijaunya pepohonan yang sedang tak menghijau atau bahkan tak lagi akan hijau. 

Kemana semuanya? Semua telah tenggelam dan termakan oleh gersang yang tak bernada. Bersatu dengan ketidakteraturan bagaikan tak bertuhan. 

Brebes, 19 April 2020

KBC-24 | Kompasiana Brebes. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline