Hilir mudik sang camar kini telah hilang, dibarengi sang nyanyian alam yang tak lagi bernada bahkan bertahta.
Kini semuanya gersang, kelam, hitam tak bersuara dan tak lagi berkata-kata.
Terdiam namun bukan membisu, teriak namun tak bersuara dan berlari namun tak bergerak.
Semuanya hilang, semuanya sirna tak berbekas apalagi berbayang bagaikan bayang-bayang yang diperaduan.
Langit yang awalnya biru, kini menghitam namun bukan pertanda kelam. Langit yang berawal cerah kini berubah pekat namun tetap terik.
Semuanya perlahan sirna, hilang dan tak beraturan yang menyerang pikiran. Terkadang lamunan menjadi tuan yang tak bertuhan.
Gersang, hitam, panas dan bahkan tak bersuara bagaikan membisu namun seakan tak terbaca.
Semuanya runtuh, gugur, dan tak lagi berdaun bagaikan hijaunya pepohonan yang sedang tak menghijau atau bahkan tak lagi akan hijau.
Kemana semuanya? Semua telah tenggelam dan termakan oleh gersang yang tak bernada. Bersatu dengan ketidakteraturan bagaikan tak bertuhan.
Brebes, 19 April 2020
KBC-24 | Kompasiana Brebes.