Kali ini malam telah mendekati pertengahan, sayup-sayup angin yang biasa menyapa juga hilang senyap seakan menghilang seperti rembulan yang tertutup awan hitam.
Hilir mudik kelawar yang biasa mengisi kekosongan malam, juga lenyap dimakan sang kelam. Damainya, suaranya, dan kabut putih menyelimut juga sirna tanpa berita.
Berita dari sang teman alam, kabar dari sang malam juga tenggelam, sedalam samudera gelap tak berdasar.
Lalu, semuanya sepi, semuanya terdiam, semuanya kosong dan ramai menjadi sepi.
Lantas kemana mereka? Lantas kemana dia? Ada apa dengan dia? Masih adakah dia? Apakah dia juga akan hilang terkikis oleh sang waktu yang tak menentu?
Entahlah, semuanya sirna, menjadi kosong dan tak berdaya. Candu itu ternyata datang. Candu itu ternyata berubah menjadi rasa. Dan rasa itu sangat mendalam dan kelam terkubur dalam-dalam.
Brebes, 07 Maret 2020
KBC-24 | Kompasianer Brebes
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H