Lihat ke Halaman Asli

Khairu Syukrillah

Aceh | khairuatjeh@gmail.com | IG @khairusyukrillah

Puisi | Bangkit

Diperbarui: 25 Februari 2020   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pri

Terik mentari terhadang, malu bersinar dipanasnya pagi. Pohon nan hijau mulai kering, mulai hitam, mulai kelam, gugur dan terbaur tak beraturan dibawah hitamnya awan tanpa terik yang seharusnya terik memerah.

Semua hitam itu menjadi saksi atas semangat mu yang hilang kawan. Semangat mu sedang goyah, semangat mu sedang terkubur kawan.

Hilir mudik para petani menuju persawahan dengan senyuman saling sapa jadi saksi dan pengobat luka. Sedikit tertarik senyum dipipi, sebagai bukti menipu diri.

Cepatlah cerah sang mentari, sebagai pengantar semangatnya sang penutur, sebagai pemancar semangatnya sang penyemangat, sebagai pemancar semangatnya sang kawan penyemangat.

Ingat kawan, Tuhan tidak tidur, Tuhan tidak lupa dan Tuhan tidak sedang berkata-kata, karena Tuhan maha asyik dalam menguji rasa.

Bangkit Bangkit dan Bangkit Kawan.

Brebes, 25 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline