Di era perkembangan teknologi yang semakin pesat, media sosial menjadi salah satu sumber utama informasi bagi banyak orang. Namun, sayangnya platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, dan Tiktok juga menjadi lahan subur bagi penyebaran berita bohong atau hoaks. Informasi yang tidak jelas kebenarannya seringkali menyebar lebih cepat daripada informasi yang benar, dengan kemudahan memberikan dan mencari berbagai informasi menjadikan pengguna media sosial harus memiliki keterampilan literasi digital yang baik. Literasi digital merupakan suatu kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital, dapat pula diartikan sebagai keterampilan seseorang dalam menerima, memahami, menyebarkan dan menggunakan informasi dari perangkat digital yang terkoneksi jaringan internet.
Dalam media sosial seringkali kita menemukan informasi yang belum pasti kebenarannya, dari hasil survey yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (KIC) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) setidaknya 30% sampai hampir 60% orang Indonesia terpapar hoaks saat mengakses dan berkomunikasi melalui media sosial, sementara hanya 21% sampai 36% saja yang mampu mengenali hoaks. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Indonesia cukup dalam kondisi yang memprihatinkan terhadap kemampuan literasi digital. Dengan memiliki keterampilan literasi digital yang baik dapat membantu kita untuk lebih kritis dalam menyaring informasi yang kita dapatkan, agar tidak mudah termakan oleh informasi hoaks atau palsu.
Ada beberapa alasan mengapa literasi digital menjadi hal yang penting untuk menyaring sebuah informasi di media sosial, diantaranya :
Mengidentifikasi informasi palsu : Literasi digital mengambil peran peran penting dalam mengidentifikasi dan menganalisis benar atau tidaknya sebuah informasi. Literasi digital membantu pengguna media sosial untuk lebih memahami tanda-tanda ada nya sebuah informasi palsu (hoax), seperti judul yang terlalu mencolok, sumber yang tidak dapat dipercaya, atau isi yang tidak konsisten.
Memahami konteks informasi: Literasi digital membantu pengguna media sosial untuk paham dengan latar belakang informasi yang mereka temui. Mencakup kemampuan berpikir kritis, melihat berbagai sudut pandang, sadar akan kemungkinan adanya bias, dan mencari informasi lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan terbukti kebenarannya.
Mempertanyakan informasi: Literasi digital mendorong pengguna media sosial untuk selalu mempertanyakan terkait kebenaran informasi yang mereka temui. Dengan bertanya secara kritis, pengguna dapat menemukan kelemahan dalam argumen atau ketidaksesuaian antara informasi yang diberikan dengan fakta yang sebenarnya.
Dalam menghadapi informasi palsu dan hoaks di media sosial, literasi digital memiliki peran besar untuk membantu pengguna media sosial, menjadi pengguna yang lebih pintar, kritis, dan bertanggung jawab dalam menerima dan membagikan informasi. Untuk meningkatkan kemampuan dalam literasi digital bisa dilakukan dengan cara paling mudah yaitu dengan mengembangkan pemikiran yang kritis, berpikir kritis ini dapat dimulai dengan mempertanyakan, menganalisis dan membuat penilaian yang objektif terhadap informasi yang telah didapatkan.
Selanjutnya, meningkatkan kemampuan literasi digital dapat dilakukan dengan menguasai keterampilan finding information, apa sih finding information itu? Finding Information adalah kemampuan untuk memilah dan mengevaluasi informasi yang terima maupun yang disebarkan di media sosial. Selain mengembangkan pola pikir kritis dan kemampuan finding information, hal lain yang bisa meningkatkan literasi digital adalah dengan memahami culture digital. Culture digital adalah cara teknologi dan internet mempengaruhi cara kita berinteraksi, berperilaku, berpikir, dan berkomunikasi di masyarakat. Dengan paham budaya digital, kita jadi lebih memahami bagaimana internet mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari.
Literasi digital adalah kunci untuk menyaring informasi dengan bijak di media sosial. Dengan mengasah keterampilan berpikir kritis, kemampuan menemukan informasi yang valid, dan memahami budaya digital, kita dapat menjadi konsumen informasi yang lebih cerdas. Jangan cepat percaya, ya! Pastikan untuk selalu memeriksa, mengevaluasi, dan berpikir kritis sebelum mempercayai atau membagikan informasi yang beredar di media sosial . Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan lebih aman dari hoaks.
Referensi :
Annisa Anastasia Salsabila, Dinie Anggraeni Dewi, & Rizky Saeful Hayat. (2024). Pentingnya Literasi di Era Digital dalam Menghadapi Hoaks di Media Sosial.