Lihat ke Halaman Asli

Khairun Nisa

Seorang mahasiswa yang suka membaca dan menulis, bercita-cita mempunyai buku sendiri dan menjadi manusia yang bermanfaaat

Tradisi Balimau Kasai dalam Penyambutan Bulan Suci Ramadhan bagi Masyarakat Kampar Provinsi Riau

Diperbarui: 16 Januari 2021   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagi umat Islam, bulan puasa adalah bulan yang ditunggu-tunggu karena hanya datang setahun sekali. Terdapat banyak kenikmatan dan kebahagiaan tersindiri di dalam bulan ini. Al-Qur'an juga diturunkan pada bulan Ramadhan yang penuh berkah. Pada malam harinya, umat Islam melaksanakan shalat tarawih yang biasa dilakukan di masjid. Tua, muda, remaja, dewasa maupun anak-anak turut hadir ke masjid beramai-ramai. Salah satu keistimewaan lainnya adalah melakukan sahur yang sangat dianjurkan untuk dilakukan.

Setelah seharian berpuasa, maka masyarakat biasanya pergi ke pasar Ramadhan untuk membeli makanan dan minuman ataupun cemilan untuk berbuka puasa. Masyarakat Kampar menyebutnya dengan bubukan. Diantara banyaknya keistimewaan dalam bulan Ramadhan tersebut, maka tidak salah bagi masyarakat di daerah tertentu memiliki tradisi untuk menyambut dengan suka cita. Di Provinsi Riau, khususnya di Kabupaten Kampar mereka memiliki tradisi dalam rangka mempersiapkan diri memasuki bulan suci Ramadhan. Tradisi tersebut dinamakan balimau kasai.

Tradisi balimau kasai adalah acara penyambutan bagi masyarakat Kampar dalam rangka datangnya bulan suci Ramadhan. Tradisi ini biasanya dilaksanakan sehari sebelum masuknya bulan Ramadhan. Acara balimau kasai dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan bahagia karena akan memasuki bulan puasa yang selalu diadakan setiap tahun sekali oleh masyarakat Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Balimau kasai adalah mandi menggunakan limau dan kasai, ramuan yang digunakan untuk pengharum pembersih badan. Balimau berarti mandi menggunakan air yang dicampur jeruk yang disebut dengan limau oleh masyarakat Kampar. Jenis jeruk yang digunakan biasanya adalah jeruk nipis, jeruk purut dan jeruk kapas. Sedangkan kasai adalah wangi-wangian yang dibuat dengan berbagai rempah dapur untuk keramas saat mandi.

Dalam balimau kasai, untuk membuat ramuannya menggunakan racikan sendiri. Ramuan terbagi menjadi dua, yaitu ramuan limau dan ramuan kasai. Ramuan limau terdiri dari lengkuas, serai wangi, jeruk purut, daun limau. Ramuan kasai terdiri dari  ramuan beras, kunyit dan coku atau cekur. Cara membuatnya adalah semua ramuan limau dan kasai direbus sampai berwarna kuning lalu di blender. Setelah itu diayak dan masukkan ke dalam plastik untuk di bagikan. Ramuan tersebut diajarkan dari nenek moyang hingga ke cucu dan cicit sehingga anak kecil pun dapat membuatnya sendiri. Uniknya, anak-anak datang ke rumah nenek-mamak untuk mengantarkan limau kasai tersebut dengan menggunakan rantang yang dijinjing. Setelah limau kasai diberikan kepada tuan rumah maka pemilik rumah tersebut wajib memberikan pasongan sebagai ucapan terima kasih.

Menariknya, limau kasai dipakai untuk mandi sore hari di Sungai Kampar. Air rebusan limau dimasukkan ke dalam wadah lalu diaduk hingga ramuan limau kasai tercampur kemudian siramkan ke seluruh badan. Barulah setelah itu menceburkan diri ke Sungai Kampar dengan menyelam dan bersuka ria. Uniknya, masyarakat Kampar khususnya para remaja, mereka turun ke sungai untuk menghilir dari satu desa hingga desa lain dengan  menggunakan benen atau perahu karet. Biasanya juga diadakan lomba menghilir Sungai Kampar yang dimulai dari garis start hingga garis finish demi memeriahkan acara balimau kasai. Tradisi ini masih dilestarikan hingga sekarang dan masyarakat Kampar selalu berpastispasi dalam acara balimau kasai karena moment ini selalu dinanti-nanti.

Menurut kepercayaan nenek moyang dulu, balimau kasai merupakan simbol penyucian atau pembersih diri sebelum masuknya bulan puasa. Hal ini  dikarenakan bulan Ramadhan merupakan bulan yang suci maka sebagai manusia biasa yang tak luput dari dosa harus menyucikan diri dari segala sifat-sifat yang buruk seperti dengki, iri, dendam, dan lainnya. Dan pada hakikatnya juga didorong untuk memuliakan bulan suci Ramadhan dengan niat membersihkan hati, badan, dan jiwa dari sifat kebatilan. Masyarakat juga datang dari rumah ke rumah untuk silaturrahmi dan saling meminta maaf. Biasanya orang yang muda datang ke rumah orang yang lebih tua sebagai penghormatan dan kebiasaan yang telah berlaku pada masyarakat tersebut. Tradisi ini sudah dilakukan oleh masyarakat Kampar secara turun-temurun. Dari tradisi balimau kasai dapat kita lihat bahwa tradisi ini  dijadikan sarana untuk memperkuat rasa kekeluargaan dan persaudaraan antar sesama muslim. Dan nilai terpenting lainnya adalah penyucian diri serta kebersamaan yang menjadi inti dari pelaksanaan balimau kasai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline