Lihat ke Halaman Asli

khairul ikhwan d

pernah main hujan

Perang Supaya Punya Musuh Bersama

Diperbarui: 28 Februari 2022   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serangan Rusia ke Ukraina. / Kompas.com - AP Photo / Marienko Andrew

Maka begitulah. Rusia akhirnya menginvasi Ukraina untuk alasan yang sepertinya hanya Presiden Putin saja yang memahaminya. Lalu dengung World War III pun membahana sejagad maya. Telah begitu lama sejak perang dunia yang terakhir itu.

Di masing-masing negara yang berseteru itu, tak ada urusan lain yang lebih penting. Semua fokus pada urusan perang, termasuk urusan menyelamatkan diri. Mereka menyatu dalam masalah yang sama, menyatu dalam perang karena memiliki musuh yang sama.

Peperangan sering kali dipicu masalah-masalah yang tidak mudah dipahami. Seperti menebak alasan Putin. Memangnya Rusia kurang luas? Kalau tidak, lantas apa? Jangan-jangan masalahnya itu sebenarnya sesuatu yang bisa dituntaskan melalui chat Whatsapp.

Di zaman silam, peperangan tak melulu terjadi karena ada konflik kepentingan. Bisa saja karena kebiasaan masyarakatnya, karena tak ingin mati bosan. Daripada tidak ada kerjaan, mending menyerang kerajaan sebelah. Perang bahkan menjadi kegiatan rekreatif karena masyarakatnya sudah terlalu sering perang. Jadi ketika terjadi kevakuman perang, mereka butuh musuh. Kalau tak ada musuh baru, yang lama pun jadi.

Perang tidak selalu didasari hal-hal yang fundamental seperti perselisihan maupun ambisi penaklukan atau aneksasi. Perang bisa saja dilakukan karena alasan yang sederhana, seperti langkah penyelamatan bangsanya sendiri dari pertikaian antarsesama.

Misalnya suku Indian Mundurucu yang mendiami kawasan padang rumput di Para, Brazil bagian tengah. Sukubangsa ini menjadikan peperangan sebagai pengalihan permusuhan dan egresi di dalam internal suku. Jadi memilih musuh bersama untuk menghilangkan permusuhan di dalam kelompok.

Memang ada pandangan bahwa semua manusia memiliki kantung cadangan egresi, yaitu tindakan yang diniatkan untuk menyakiti atau melukai orang lain. Para penganjur dan pendukung teori ini mengatakan bahwa berfungsinya masyarakat secara umum aman dan tenteram bergantung pada adanya saluran-saluran yang disepakati secara sosial guna melampiaskan cadangan egresi yang niscaya ada itu.

Perang dengan kelompok luar merupakan salah satu opsi penting dalam hal ini. Atau jangan-jangan malah jadi satu-satunya saluran.

Pengalaman Perang

Tentu saja perang hanya akan menimbulkan kerugian, jatuhnya korban, derita dan sebagainya. Belum lagi biaya untuk perang yang sangat besar. Sejarah mencatat, perang dalam skala masif terjadi dua kali, itulah yang dikenal sebagai Perang Dunia (PD) I dan PD II dan itu semua berlangsung di Eropa, benua yang ditempati Ukraina dan juga sebagian kecil masuk wilayah Rusia.

PD I dipicu kasus terbunuhnya Franz Ferdinand, putra mahkota Austria, di Serbia. Austria meminta Serbia menyerahkan pembunuhnya, jika tidak akan diserang. Serbia menolak, dan akibatnya diserang Austria. Rusia sebagai sekutu Serbia datang menolong.

Jerman ikut serta membantu Austria yang kelimpungan. Sekutu Rusia bertambah dengan masuknya Inggris dan Perancis ke gelanggang. Pada akhirnya kelompok Austria dan Jerman kalah. Sementara PD II dipicu serangan Jerman ke Polandia, lalu tiba-tiba hampir semua negara besar terlibat dalam perang itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline