Lihat ke Halaman Asli

Grogiku Dulu dan Kini

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1348453794719067534

[caption id="attachment_207568" align="alignleft" width="210" caption="Grogi"][/caption] Grogi adalah hal yang wajar berlaku bagi semua manusia. Bukan hanya saya atau kamu, tapi juga bagi mereka. Penyakit ini tidak hanya diri ini yang merasa, tapi semua. Hal diataslah yang saya hadapi saat menyampaikan materi “agar ngampus tidak hanya sebagai status” kepada mahasiswa baru jurusan teknologi hasil pertanian. Cukup antusias, namun memang belum bisa maksimal dikarenakan kurangnya persiapan dan belum matengnya goal yang ingin dicapai.

Pertama kali saat nama saya dipanggil oleh Master of Ceremony, hati ini langsung berdebar kencang. Mulai saya menarik nafas panjang, dalam otak saya “hanya terpikir apa yang akan terjadi nanti?” Sedangkan persiapanku juga belum mateng, namun untungnya sudah buat powerpoin untuk persentasi.

Saat sudah berada didepan panggung, mulai kuatur nafas ini dengan nafas semangat. Kemudian sambil melakukan gerakan-gerakan kecil sambil ngobrol dengan MC, tentunya untuk menghilangkan grogi.

Grogi atau demam panggung ini terjadi cukup lama, hingga sampai penyampaian slide pertama hati ini tetap menggelegar ingin berontak. Namun setelah slide 2 dan seterusnya hati dan jantung ini mulai kembali normal sambil menyebar senyum kepada audiens.

***

Begitulah kawan, pasti akan ada jalan disetiap ada usaha. Saya berpikir bahwa ini adalah awal saya belajar berbicara untuk tokoh indonesia nanti. Itulah yang selalu menjadi motivasi saya untuk terus belajar berbicara, dimanapun dan kapanpun.

Kembali pada penjelasan grogi tadi. Saya hanya menyimpulkan terhadap apa yang terjadi dengan saya. Grogi itu muncul dari proses berfikir manusia, ia akan terus muncul dan menggelayuti pikiran manusia selama manusia berfikir bahwa dia akan mengalami demam panggung.

Selama grogi masih tersimpan didalam ingatan manusia, pada saat kondisi yang sama kata grogi itu akan terpanggil lagi untuk mendukung manusia untuk grogi kembali. Jadi katakan tidak pada grogi, hilangkan dari pikiran anda dengan cara terus belajar. Insyaallah grogi akan menghilang dari jiwa anda. Wassalam.

Salam Prestasi :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline