Lihat ke Halaman Asli

Khairul Anwar

Warga Bumi

Bekerja Sesuai Hobi, Bagaimana Rasanya?

Diperbarui: 15 Juli 2024   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc pribadi

"Barang siapa mendapat pekerjaan yang sesuai dengan hobi atau passion, maka itu adalah nikmat tuhan yang tak terkira" (bukan hadits)

Ada yang bilang bahwa pekerjaan yang berawal dari hobi itu bisa mendatangkan kebahagiaan. Betul banget. Dan saya sudah merasakan hal ini. Ketika diluaran sana masih banyak pemuda yang belum memiliki pekerjaan, saya malah dikasih pekerjaan yang sesuai dengan hobi atau passion. Allah baik banget.

Begini ceritanya. Pasca tamat menyelesaikan pendidikan strata 1 di perguruan tinggi pada bulan April 2019, tidak butuh waktu lama bagi saya untuk menemukan gawean. Pasalnya, limabelas hari sebelum wisuda, kalau ingatan tak khilaf, saya telah menyodorkan sebuah lamaran kerja ke salah satu "perusahaan" di Kota Pekalongan. Perusahaan ini membutuhkan karyawan baru untuk mengisi posisi sebagai penulis naskah. Alhamdulillah, saya keterima. Bersyukur nggak? ya, bersyukur dong. Pengumuman ini saya dapatkan, kalau ingatan tak meleset, pada akhir bulan April 2019.

Tak butuh waktu berpanjang-panjang, tujuh hari setelah momen wisuda di kampus tercinta IAIN Pekalongan (sekarang UIN Gus Dur), tepatnya 4 Mei 2019, saya memulai hari pertama kerja di sebuah usaha yang bergerak di bidang media informasi. Usaha ini bergerak di ranah produksi konten-konten video youtube, salah satunya tentang sepakbola. Seperti yang saya sebut di paragraf sebelumnya, saya bekerja sebagai penulis.

Ketika bulan pertama bekerja, saya diberi job untuk menulis cerita fabel dan cerita horor. Tujuh artikel ringan setiap harinya. Pada waktu itu, selain chanel sepakbola, chanel cerita horor dan fabel juga menjadi aset perusahaan. Tentu saja, sebagai karyawan anyar, saya mesti tunduk sama perintah atasan. Saya harus profesional. Barulah di bulan-bulan berikutnya, saya diberi job untuk menulis artikel sepakbola. Tentu saja, saya amat bahagia, karena ini dunia saya. 

Sejak kecil, saya memang menyukai dunia sepakbola, baik sebagai penonton, penikmat, atau memainkan si kulit bundar secara langsung (khusus yang ini intensitasnya sangat rendah hahaha). Bacaan tentang sepakbola tak pernah luput dari mata saya sejak usia 10 tahun. Saya rutin membaca koran, tabloid, dan majalah tentang olahraga, lebih spesifik tentang bal-balan. Jadi, untuk urusan sepakbola, pengetahuan saya tentang ini tak jelek-jelek amat hahaha.

Kesukaan terhadap dunia si kulit bundar lalu dikombinasikan dengan kegemaran saya pada dunia tulis menulis. Jadilah, pekerjaan ini dengan apa yang saya sebut sebagai "bekerja sesuai hobi". Meski saya menilai ini tidak linier dengan jurusan saat saya kuliah. Karena, andai saya tidak diterima di perusahaan media ini, bisa jadi saya akan bekerja di Bank atau di tempat lain? Tapi bukankah sekarang ini banyak orang bekerja tidak sesuai dengan jurusan saat kuliah, ya?

Orang yang basicnya sarjana pendidikan misalnya, ia tidak mencari nafkah sebagai guru, tapi justru sebagai entrepreneur. Atau seorang sarjana hukum yang kemudian mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan bank dan sebagainya, dan sebagainya. Pada tahun 2022, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyebut ada 80% mahasiswa di Indonesia bekerja tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya. Tentu sah-sah saja bekerja tidak linier dengan jurusan yang ia ambil sewaktu kuliah, selagi ia bisa menikmati pekerjaan tersebut..

Kembali ke pembahasan. Sejak sebelum kuliah, saya memang sedikit-sedikit suka menulis meski tidak rutin-rutin banget dan hanya menggoreskan tinta di buku atau kertas. Bahkan, saat masa SMP, saya pernah punya cita-cita ingin jadi jurnalis olahraga di salah satu media olahraga yang tabloidnya sering saya baca itu. 

Cita-cita tersebut tak pernah terwujud hingga sekarang. Sewaktu saya kuliah, saya malah "nyemplung" di jurusan ekonomi syariah. Jurusan yang tentu saja tidak mengharapkan lulusannya menjadi seorang jurnalis. Tapi, hasrat saya untuk menjadi jurnalis setidaknya tersalurkan di dunia kerja, meski, ya, sekedar duduk di kantor dan tidak melakukan liputan ke turnamen Piala Dunia atau Piala Eropa seperti yang saya dambakan dahulu hahaha. Atau setidaknya, keinginan menjadi jurnalis tidak gagal-gagal amat ketika saya juga diberi amanah untuk mengabdi sebagai kontributor NU Online Jateng. Pendek kata, aktivitas saya tidak jauh-jauh dari dunia tulis menulis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline