Jika Anda bertanya siapa tokoh idola saya? Najwa Shihab adalah salah satunya. Bukan saja karena ia anak dari seorang ulama terkenal, Prof Quraish Shihab, tetapi ada banyak alasan lain untuk mengagumi Najwa Shihab. Mulai dari keberanian dan kekritisannya dalam memandang isu-isu terkini, gemar membaca, cerdas, publik speaking-nya bagus dan memiliki komitmen yang tinggi di bidang literasi media, dan masih banyak hal lain.
Najwa Shihab, terlepas dari privilege yang dimilikinya karena anak dari keluarga terpandang, ia adalah sosok yang sangat pas untuk dijadikan sebagai role model pemuda masa kini. Survei terbaru Indikator Politik Indonesia mengungkapkan Najwa Shihab merupakan tokoh perempuan paling berpengaruh di Indonesia saat ini. Ia unggul atas beberapa tokoh perempuan lainnya, seperti Khofifah Indar Parawansa, Puan Maharani dan tokoh perempuan hebat lainnya.
Di kalangan masyarakat Indonesia, Najwa lebih dikenal sebagai presenter dan jurnalis. Najwa juga dikenal sebagai "tuan rumah" Mata Najwa, salah satu program talkshow yang menjadi referensi saat terdapat suatu isu atau fenomena. Najwa Shihab dan Mata Najwa adalah satu paket. Tak bisa dipisahkan. Ketika acara Mata Najwa tayang, maka ada Najwa Shihab disitu.
Sudah 13 tahun Mata Najwa hadir, dan Najwa Shihab sebagai sang tuan rumah menyajikannya dalam tayangan diskusi yang menarik. Saya masih ingat, rentang waktu 2010-2015, saya sudah tahu ada program acara ini di Metrotv kala itu, tetapi saya tidak terlalu peduli, mungkin karena saya masih remaja dan tidak tertarik dengan program-program talkshow yang terkadang membahas politik.
Acara Mata Najwa mulai memantik saya untuk rajin menontonnya ketika tahun 2015 (di metrotv kemudian trans7), saat saya sudah menjadi mahasiswa semester 3 di STAIN Pekalongan (sekarang UIN Pekalongan). Sejak saat itu, lebih tepatnya sejak menjadi mahasiswa, saya mulai tertarik dengan acara Mata Najwa.
Bukan hanya karena sosok Najwa Shihab-nya yang mahir mengajukan pertanyaan demi pertanyaan kepada narasumber, melainkan juga karena pembahasan di dalam acara tersebut yang, menurut saya mampu memberikan pengetahuan baru. Khususnya kepada orang awam seperti saya ini.
Sejak 2015 itulah saya hampir tak pernah absen menonton Mata Najwa di televisi. Kalau toh sekali dua kali tak menontonnya, itu karena ada kegiatan lain yang urgent. Tapi saya selalu berusaha meluangkan waktu setiap hari Rabu (malam kamis) untuk melihat Mata Najwa, apalagi jika tema yang diangkat sangat penting untuk disimak.
Tema paling seru dari Mata Najwa yang pernah saya tonton adalah tema PSSI BISA APA? Yang berjilid-jilid. Tema ini sangat urgen dibahas mengingat sangat keringnya prestasi sepakbola kita, apalagi banyaknya mafia pengaturan skor. Harapan saya Najwa bisa berkontribusi lebih signifikan lagi membantu perkembangan sepakbola yang jauh lebih dahsyat, apalagi ia sekarang menjadi salah satu anggota Satgas Anti Mafia Bola.
Selain tema PSSI BISA APA?, tema lain yang hampir dipastikan saya selalu menontonnya, baik secara live di tv maupun siaran ulang di youtube, adalah tema-tema politik. Dari acara ini pula saya yang sebelumnya tidak mengetahui tentang dunia perpolitikan, entah itu tokohnya, sistemnya, dan seluk beluk lainnya tentang politik, perlahan menjadi tahu, setidaknya menjadi lebih terbuka terhadap pengetahuan politik.
Dan terakhir, tema yang menurutku sangat menarik dan terbilang "mistis" adalah ketika Najwa mewawancarai kursi kosong mantan menteri kesehatan Terawan Agus Putranto. Kalau nggak salah pada Oktober 2020 ketika sedang demam covid. Sepanjang saya hidup, mungkin hanya Najwa yang berani wawancara sama kursi kosong. Sebelumnya saya tidak pernah melihat jurnalis lain atau tokoh lain bicara sama benda mati. Itu menandakan Najwa adalah sosok yang kritis dan berani. Dan bagian yang saya suka dari Mata Najwa adalah di bagian penutup, yakni saat Najwa Shihab membacakan kata demi kata, dan kalimat demi kalimat yang sungguh ciamik.