Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tak henti-hentinya jadi sorotan media. Hampir tiap pekan, bahkan tiap hari, pasti ada pemberitaan seputar DPR. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini kala DPRD DKI Jakarta jadi sorotan. Sialnya, pemberitaan tentang anggota DPRD DKI Jakarta ini bukan karena prestasi yang membanggakan. Tapi, karena terciduk bermain-main saat rapat.
Anda pasti tahu yang saya maksud. Ya, akhir-akhir ini sedang viral kasus yang menjerat anggota DPRD DKI Jakarta, sebut saja namanya Cinta Mega, yang ketahuan bermain judi slot atau judi online saat rapat paripurna. Endingnya, Cinta Mega dicopot dari anggota DPRD DKI oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP DKI Jakarta usai bermain gim saat rapat paripurna beberapa waktu lalu.
Setelah kepergok, dalam klarifikasinya, bu Cinta mengaku saat itu sedang bermain game candy crush. Adapun, diakuinya ia bermain game saat rapat belum dimulai, namun lupa mematikannya saat rapat berlangsung. Tapi, saya nggak peduli alasan yang dikemukakan. Apa pun alasannya, kelakuan Cinta Mega, yang bermain game saat rapat, telah menyalahi kodrat dan etika seorang anggota DPR.
Seorang anggota DPR merupakan wakil rakyat yang seharusnya bekerja untuk rakyat, bukan untuk dirinya sendiri. Bermain game boleh-boleh saja, tapi tidak di ruangan rapat, apalagi saat rapat sedang berlangsung. Artinya, ia tidak fokus rapat malah justru bermain-main. Bisa dibilang ia mengkhianati rakyat, ya nggak sih?
Kasus-kasus yang menjerat anggota DPR yang mirip-mirip seperti kasusnya bu Cinta, saya kira cukup banyak terjadi. Lebih-lebih, banyak kita temui atau kita lihat di media-media, ketika anggota DPR malah tidur saat rapat paripurna, membentak-membentak lawan bicaranya, tidak mau mendengarkan aspirasi rakyat, dan yang paling parah: korupsi.
Citra negatif DPR sudah kadung melekat di masyarakat. Apalagi, mereka melulu mempertontonkan kualitas yang buruk sebagai wakil rakyat.
Saya kemudian jadi teringat sama Gus Dur. Gus Dur pernah berkelakar bahwa ulah DPR seperti taman kanak-kanak. Sindirannya, yang dikemas dengan humor ala ciri khasnya, ini dilayangkan pada saat ia menghadiri sidang paripurna terkait pembubaran Departemen Penerangan dan Departemen Sosial.
Agaknya, sindiran Gus Dur kepada anggota DPR yang mirip taman kanak-kanak sepertinya memang benar.
Taman kanak-kanak memang identik dengan bermain-main. Belajar sambil bermain, lebih tepatnya. Itulah ciri khas dari taman kanak-kanak. Kebetulan, bulan ini, ada anggota DPR yang justru bermain-main saat rapat paripurna. Nyaris, mirip seperti kanak-kanak, sukanya main-main.
Bedanya, sifat anak-anak TK adalah asli. Mereka memang masih kecil, sehingga wajar jika masih suka bermain-main. Nah, yang anggota DPR, ia sudah berumur, sudah baligh, seharusnya bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, tapi pada faktanya sifatnya masih kekanak-kanakan.