Menjelang putaran ke-2 Pilkada DKI Jakarta, tampaknya semakin menyeramkan. Masyarakat khususnya warga DKI, dibuat terpecah belah. Tak tanggung-tanggung, urusan menshalatkan jenazah pun dijadikan bahan kampanye untuk menyerang lawan. Kata toleransi hanya mudah diucapkan, tapi ketika menyerang lawan, mereka seolah hilang ingatan dan kehabisan bahan.
Padahal, Jakarta membutuhkan sosok pemimpin yang bisa merangkul semua golongan. Jakarta, sebuah kota yang banyak disinggahi berbagai macam manusia ini, jangan dibenturkan satu sama lain, hanya demi kepentingan politik jangka pendek.
Pernahkah anda berpikir, siapakah biang kegaduhan yang terjadi selama ini? Apakah mereka yang puluhan tahun percaya terhadap kinerja BPK? Apakah mereka yang tidak terima karena firman Tuhannya diusik oleh orang yang tidak seiman?. Atau, apakah mereka yang tidak terima karena tempat tinggalnya digusur dan mata pencahariannya hilang?.
Terlihat aneh, ketika seorang yang sudah meluangkan waktunya untuk mengaudit sebuah kasus, malah dibilang “Ngaco.” Dan lebih aneh lagi, “orang” yang berkata “Ngaco” tersebut dijadikan pahlawan “pemberantas korupsi.”
Benar, bahwa perbedaan pandangan merupakan sebuah keniscayaan. Tapi apakah mereka yang berbeda pandangan, dan tidak terima karena kitab sucinya diusik itu salah, harus dimusuhi, dan harus diusir dari negara pancasila ini?. Jika demikian, berarti andalah sebenarnya yang menafikan keniscayaan dalam perbedaan pandangan itu. Bukan mereka.
Sekali lagi saya tegaskan. Jakarta membutuhkan sosok pemimpin yang bisa merangkul semua kalangan. Tanpa sekat sedikitpun. Jakarta ini Ibu Kota, cerminan kota-kota lainnya. Bila rakyat Jakarta yang majemuk ini diadu domba, maka perpecahan hanya tinggal tunggu waktunya saja.
Jakarta membutuhkan pemimpin yang bisa merangkul masyarakatnya agar bersatu untuk mencapai kesejahteraan. Maka “Persatuan” dan “kesejahteraan” adalah harga mati di tengah situasi Jakarta yang sedemikian parahnya ini.
Langkah inilah yang dilakukan Partai Perindo. Sangat sejalan dengan nama partainya, yakni “Persatuan Indonesia.” Perindo ingin menjadikan rakyat Jakarta bersatu untuk mencapai kesejahteraan. Perindo ingin menyatukan masyarakat Jakarta tanpa melihat status sosial dan latar belakangnya.
Sangat tidak etis bila masyarakat yang tinggal di Jakarta-yang merupakan miniatur kota-kota lainnya. Masih mempersoalkan perbedaan pandangan. Masih membesar-besarkan status sosial. Masih ribut soal kulit hitam dan putih, mata sipit dan mata belo, rambut ikal dan lurus, agama samawi dan ardhi, dan lain sebagainya.
Kesenjangan sosial di Jakarta sudah sedemikian tingginya. Yang paling miskin ada di Jakarta, sebaliknya yang paling kaya juga ada di Jakarta. Maka dari itu, Perindo mengajak untuk membuang jauh-jauh sekat-sekat tak penting itu. Perindo mengajak agar masyarakat khususnya Jakarta bersatu, menuju “Indonesia Sejahtera.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H