Indonesia kita tercinta ini menjadi salah satu negara dengan tingkat perokok tertinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, 27% atau sekitar 69,1 juta penduduk Indonesia merupakan perokok aktif. Yang lebih parah adalah 9% penduduk Indonesia yang berusia dibawah 19 tahun telah menjadi perokok aktif baik laki-laki maupun perempuan. Tren merokok bagi remaja ini bahkan semakin meningkat dengan datangnya rokok elektrik/vapor yang saat ini marak digunakan oleh pemuda-pemudi.
Tidak hanya laki-laki, tren merokok atau memakai vapor juga telah menghinggapi banyak sekali remaja perempuan. BPS menyatakan bahwa 3,7% perempuan dibawah 19 tahun telah menjadi perokok akitf. Alasan mereka untuk memulai merokok sebenarnya sederhana seperti untuk mengurangi beban fikiran, menjaga mental, dan lain sebagainya. Namun satu hal yang menarik adalah tuntuan pergaulan dan ketenaran sosial dikalangan mereka memancing banyak pemuda Indonesia untuk merokok.
Beberapa mungkin merokok memang untuk menngurangi stress atau sebagainya. Sementara yang lainnya memilih merokok demi untuk mendapat teman, memperluas pergaulan, atau hanya sebagai dalih untuk bisa terlihat keren dan berani. Ironis sekali.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 8 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit yang disebabkan asap rokok seperti kanker paru-paru dan lain sebagainya. 1.2 juta diantaranya merupakan perokok pasif, atau orang yang tidak merokok namun terpapar asap rokok dirumah atau diberbagai tempat umum seperti pasar, kantor dan lain-lain.
Sudah menjadi informasi umum bagi masyarakat bahwa merokok mendatangkan berbagai penyakit bagi tubuh kita, tidak sedikit dari penyakit-penyakit ini bahkan berujung pada kematian seperti yang ditunjukkan oleh data diatas. Ini tidak hanya menyerang para perokok aktif, namun juga orang-orang sekitar kita yang tidak merokok, bahkan berdampak buruk bagi lingkungan dan bumi yang kita tinggali ini.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam kampanye hari tanpa tembakau sedunia (World no Tobacco Day) menyatakan bahwa rokok dan tembakau merupakan penjahat yang harus disingkirkan dari dunia. Penjahat ini bertanggung jawab atas 600 juta pohon yang ditebang dan 22 Milyar Ton air bersih yang dikotori untuk produksi rokok di seluruh dunia.
WHO menuliskan juga bahwa sekitar 84 juta Ton Emisi gas karbon dilepaskan ke udara setiap tahunnya. Ini berakibat pada peningkatan suhu bumi dan peningkatan permukaan laut akibat melelehnya es di kutub utara. Peningkatan suhu yang lebih tinggi juga berdampak pada perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi, seperti satu minggu hujan di musim kemarau atau sebaliknya.
Perlu diketahui juga bahwa negara-negara berkembang menjadi penyumbang besar dalam jumlah total perokok dunia. Hal ini pada Sebagian kasus menjadi penghambat bagi perkembangan ekonomi masyarakat dan berujung pada stagnansi tingkat kemiskinan. Pengeluaran yang besar untuk membeli berbungkus-bungkus rokok perbulannya dapat menjadi hambatan besar bagi proses manajemen keuangan yang baik.
Dalam satu kesempatan, saya pernah bercerita dengan seorang sopir angkot di kota Medan. Pria berusia sekitar 45 tahun ini mengaku telah berhasil berhenti merokok setelah menjadi perokok aktif sejak usia 15 tahun. Dalam perbincangan kami, sopir tersebut menceritakan tentang bagaimana ia mulai merokok secara aktif, kesulitannya berhenti akibat kecanduan, hingga dampak positif yang dialaminya setelah baru 2 tahun berhenti merokok.
Ia mengaku mulai merokok akibat ajakan teman-teman sepergaulannya. Awalnya hanya sebatang dua batang, hingga akhirnya pak sopir bisa menghabiskan 2-3 bungkus rokok perhari. Pak sopir menyesalkan tentang penghasilan masa mudanya yang seharusnya bisa ditabung atau digunakan untuk keperluan lain malah terbakar sia-sia.
Pak sopir yang sekarang ini memiliki 3 orang anak dalam usia sekolah menceritakan bagaimana pernikahan dan kehadiran istrinya menjadi salah satu titik baliknya untuk berhenti merokok. Ia menceritakan tentang bagaimana ia akhirnya memutuskan untuk mencoba berhenti merokok setelah melihat baju istrinya yang telah kusut dan sedikit robek. Saat ia bertanya, hatinya terketuk begitu sang istri mengeluhkan bahwa pak sopir lebih memilih buang duit buat beli rokok daripada beli baju baru buat istri.