Lihat ke Halaman Asli

Khairil Anam

Seorang Relawan berparas rupawan, menulis menumpahkan pengalaman

Baduy Kembali

Diperbarui: 3 April 2016   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 “Bagiku masyarakat baduy adalah pesona, warna kilau dari kelamnya warna peradaban dunia.

Dua minggu yang lalu, adalah sekian kalinya perjalananku menelusuri keelokan masyarakat Baduy, dalam perjalanan kali ini merupakan kesempatan berharga mendatangi satu kampung di pedalaman Desa Kanekes. Kampung Cikeusik Namanya, salah satu tempat dari 3 kampung yang menjadi lokasi beranung masyarakat Baduy Dalam, dalam melekasankaan aktivitas sehari-harinya dengan ciri khas baju putih yang melekat di badannya.

Sore itu, perjalanan yang berharga tersebut dimulai dengan menaiki kereta api arah Rangkas Bitung dari Pondok Ranji. Kali ini kami hanya berdua, bersama temanku yang ingin sekali melepaskan kepenatan Jakarta dan segala hiruk pikuk problematika tentang kisah cintanya.  Sepanjang perjalanan, kami mengisi untuk saling berbagi, berbagi cerita, kisah romantika dan tentunya tentang harapan masa depan pria, sampai tak disangka stasiun Rangkas telah tiba.

Kami memulai perjalanan selanjutnya, menaiki Bus tujuan Cisemeut, lokasi dimana tujuan akhir Bus ini berada namun bukan lokasi akhir bagi untuk memulai perjalanan Ke Desa Kanekes. Artinya, masih ada jarak yang harus kami tempuh lagi untuk bisa sampai di Desa Kanekes. Malam itu menunjukan pukul 22;00 tepatnya, kami harus menggunakan layanan kendaraan bermotor untuk melanjutkan perjalanan kami. 

Berkat pertemanan yang aku bangun selama mengabdi untuk masyarakat lebak dalam kegiatan sosialku, dari sanalah aku mendapatkan bantuan, dihantarkanlah kami untuk pergi di salah satu rumah untuk bermalam. 

Ini yang kedua kali bagiku, harus melewati malam Lebak dengan kehawatiran. Melewati sederet hutan tanpa penerangan disamping jalan kendaraan, dengan cerita mistik dan segala kejadian kriminal yang tidak dibuat sengaja untuk menakut-nakuti keadaan.

Akhirnya, kami sampai dan memberi salam memnita izin untuk bermalam di Rumah salah satu kerabat dekatku, Pak Toha Namanya. Lokasi rumah Pak Toha merupakan berbabatasan dengan Desa Kanekes di sebelah Utara, tepatnya di Kampung Cakeum, Desa Nayagati Kecamatan Leuwidamar, Lebak, Banten. 

Bahkan dari rumahnya kita bisa langsung menuju rute perjalanan ke arah Baduy Dalam tentunya harus melewati sekitar 5 Bukit.   Disana kami dipertemukan dengan mereka yang senasib dalam perjalanan ini, menumpang bermalam untuk melanjutkan perjelanan esok mengunjungi Peradaban di dalam sana.

Dengan dipandu oleh dua orang tour guide akhirnya perjalanan kami dimulai menuju Masyarakat Baduy Dalam. Melalui jalan pintas yang dianggap cukup dekat dengan kisaran waktu yang ditempuh sekitar 5 Jam, kami mencoba menelusuri perjalanan itu menuju kampung Cibeo. Kampung Cibeo, merupakan kampung dalam pertama yang mudah untuk dijumpai dengan lokasi yang tidak sejauh kampung lainnya yang dihuni oleh masyarakat Baduy Dalam. 

Perlu untuk diketahui, bahwa masyarakat Baduy menurut hak Ulayat Masyarakat Baduy adalah mereka yang bertempat tinggal di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kab Lebak yang terdiri dari dua kelompok, pertama adalah Kelompok Masyarakat Baduy Dalam yang mendiami Kampung Cibeo, Cikeusik dan Cikeetaawng atau disebut dengan Masayrakat Tangtu. 

Sedangkan kelompok Baduy Luar mendiami sekitar 51 kampung atau biasa disebut dengan Masyarakat Panamping, masyarakat ini sangat diberikan kelonggaran dalam menjalankan tradisi turun temurunnya. Namun, merka masih dibawah kendali masyarakat Baduy Dalam sehingga apapun kebijakan yang berkenaan dengan sistem adat-istiadat harus mengikuti aturannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline