Lihat ke Halaman Asli

Lockdown, Makan dan Tidur

Diperbarui: 4 April 2020   02:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.xda-developers.com

Lockdown menjadi kata yang sangat populer di segala penjuru dunia saat ini. Di ucapkan dan di pahami oleh hampir segala kelas sosial saat ini di tengah derita akibat serangan COVID-19. Sejak merebak dan menyebarnya pandemik tersebut, lockdown menjadi salah satu alternatif pencegahan dan pengontrol virus di berbagai negara dan wilayah. Diskursus lockdown kemudian di terjemah beragam oleh berbagai lapisan masyarakat. 

Hampir semua negara menerapkan lockdown untuk memutus mata rantai COVID-19. Sebagai konsekuensi adalah warganya di haruskan untuk berdiam diri di rumah-rumah mereka. Dengan skala lockdown yang terbatas atau total, lalu membuat ruang gerak warga menjadi terbatas atau sama sekali tidak bisa bergerak di ruang-ruang publik selama kebijakan tersebut di laksanakan. Salah satu akibat terbesar adalah orang-orang harus berada di rumah-rumah mereka. Berdiam diri atau bekerja dari rumah mereka. 

www.harapanrakyat.com

Dibatasinya ruang gerak warga kemudian membuat banyak orang terjebak pada 2 (dua) kata: Makan dan Tidur. Ironis memang, tetapi ini menjadi akibat dari perubahan dari rutinitas sehari-hari. Di kekang dengan lockdown tidak memiliki alternatif kreatif bagi banyak orang. Yang semula bebas bergerak lalu "dikunci" menjadi sebuah kebuntuan inovasi dan pikiran, biasanya ngumpul, lalu di larang ngumpul; terasa berat dan tidak mungkin. 

jogja.suara.comSumber: https://jogja.suara.com/read/2020/03/30/210252/lock-dont-hingga-smackdown-kampung-yang-lockdown-mandiri-buat-banner-kocak

Berada di rumah kemudian meningkatkan aktifitas istirahat (tidur) dan ngunyah yang tidak berkesudahan menyiasati "membunuh" waktu yang terasa begitu panjang. Kebuntuan pikiran di momen-momen seperti saat ini menjadi tekanan psikologis yang berat. Ditambah dengan "kegrogian" menghadapi wabah corona itu sendiri. Yang hasilnya meningkatkan rasa khawatir dan tekanan mental. Lockdown sewajarnya (bila kreatif) menjadi masa "istirahat" yang produktif, bukan sebaliknya. 

0-first-weekend-in-lockdown-5e87429b097f360c332e2ad3.jpg

Tidak sederhana melewati masa 'pengekangan" bagi mayoritas orang yang terbiasa dengan sesuatu. Berada di dalam situasi lockdown memang "menjerumuskan" mereka pada pilihan makan dan tidur walau pada prinsipnya di bebani dengan rutinitas yang dialihkan ke kondisi work from home (WFH) alias bekerja dari rumah. Namun ketidakbiasaan dengan kondisi ini: "dilockdown" jatuh pada pilihan makan dan tidur. 

Entahlah; semoga cobaan ini di berbagai sisi dunia ini bisa segera berakhir. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline