Ada banyak orang yang kebakaran "jenggot" atau "ketar ketir" ketika membaca atau mendengar kata-kata poligami. Mereka mungkin membayangkan poligami seperti sesuatu yang mengerikan atau mematikan. Padahal hematnya hal yang positif terutama bagi mereka yang sangat siap menjalankannya. Ketika berbicara tentang poligami maka semua mata tertuju kepada laki-laki.
Ya, lelaki "tertuduh" dalam perkara poligami. Bagi banyak pejuang hak-hak perempuan, maka poligami sering sekali di protes (dikritik) sesuatu yang tidak boleh di lakukan atau terlarang. Para pemikir perempuan sering melihat bahwa poligami akan cenderung memunculkan ketidakadilan terhadap mereka yang di nomor duakan, atau tigakan atau empatkan.
Menurut hemat saya, belum ada negara yang memiliki penduduk dengan angka poligami yang sangat luar biasa (terutama di negara Islam). Belum ada (walaupun di legalkan) orang (lelaki) yang serta merta melaksanakan poligami.
Poligami bukanlah hal yang sangat sederhana seperti ngopi di pagi hari yang hanya membutuhkan selembar uang 5000 rupiah, tetapi poligami merupakan hal yang berat untuk di pinggul. Kalaupun dilegalkan seperti halnya di Aceh, maka tidak serta merta semua laki-laki (yang umur menikah atau sudah menikah) akan berpoligami. Lelaki juga manusia, Lelaki juga punya daya tahan (ekonomi, rohani, biologi, dst).
Merujuk kepada "ketakukan" bahwa poligami akan "mengancam" perempuan, rasanya tidak perlu terlalu panik. Sorotan terhadap lelaki yang akan mendapatkan "peluang emas" dari kebijakan tersebut, terlalu naif. Tidak semua lelaki akan "bersorak riang gembira" menyambut legalitas seperti halnya di Aceh.
Lelaki juga punya pandangan dan kesetiaan. Lelaki tidak serta merta luluh dengan kebijakan atau mengikuti sunnah. Lelaki yang cerdas punya hal yang bijak dalam menyikapi Poligami. Tidak seharusnya bahwa di pandang poligami akan membuka "pintu" lebar-lebar bagi lelaki untuk sesukanya menikah dan menikah.
Perlu di cermati bahwa ada banyak hal terkait ketika memilih poligami itu sendiri. Lelaki itu banyak yang tidak berani nekad atau mengambil tantangan. Lelaki itu banyak yang ingin santai-santai saja. Berpoligami merupakan sebuah keputusan bagi laki-laki untuk bersiap "menjerumuskan" diri kedalam banyak persoalan. Bukan perkara muda, sehingga bila laki-laki siap dengan segala resiko, maka bisa jadi mereka akan melaksanakannya.
Secara sederhana, lelaki bukanlah makhluk yang tidak berperasaan, lelaki juga punya harga diri dan kasih sayang. Kalaupun poligami disahkan seperti wacana di Aceh, maka tidak serta merta membuat para lelaki di Aceh akan berpoligami seperti marak di takutkan oleh penentang poligami. Lelaki bukanlah manusia perkasa yang bisa melakukan segala hal.
Berpoligami (memiliki istri lebih dari satu) bukan pekerjaan yang simple dan mudah, butuh banyak hal untuk menjalankannya seperti tenaga, pikiran, pengelolaan, keuangan, dll. Jadi Tidaklah seperti halnya yang tergambarkan dalam sebuah video pendek yang beredar di media sosial beberapa waktu lalu. Lelaki juga punya kesetiaan, cinta dan kasih sayang dengan pasangan pilihannya. Berpoligami tidaklah pikiran semua laki-laki. Nyatanya, quote "masih banyak lelaki yang masih menjomblo" (Hariati, 2019).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H