Lihat ke Halaman Asli

Nervous dalam Menentukan Pilihan, Menyongsong Hari Nyoblos

Diperbarui: 4 April 2019   09:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: http://www.sorotkasusnews.net

Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 sudah semakin di depan mata (17 April 2019). Pesta Pemilu merupakan pesta demokrasi terbesar bagi Indonesia. Hiruk pikuknya telah berlangsung lama, bukan hanya saja di masa menjelang kampanye akan tetapi jauh-jauh hari. Berada di tahun pemilu rasanya "melelahkan" terutama membaca dan menerima "perang" informasi terkait pemilu dan kandidat-kandidatnya. 

Rasanya ingin segera berlalu. Pemilu idealnya sebuah pesta demokrasi yang di nanti, akan tetapi saat ini tidak lebih dari "perang" plus minus dari kandidat itu sendiri, saling menyalahkan antar sesama warga negara itu sendiri. 

Bagi banyak orang, suasana seperti hari-hari menjelang April 17, menjadi hari-hari yang mendebarkan, akankah datang ke kotak suara? Siapakah yang akan di pilih? Hari-hari inilah yang paling mendebarkan bagi mereka-mereka yang tidak terlalu fanatik atau pendukung setia calon-calon tertentu. 

Di suguhkan dengan perdebatan-perdebatan positif dan negatif kadang kala menyulitkan orang untuk menentukan pilihan terbaiknya. 

Namun rasanya di Indonesia, kemasyuran Black Campaign sudah semakin menjamur, rasanya itulah pilihan terbaik untuk meraih kemenangan di hadapan pemilih (rakyat). 

Rasa enggan untuk menjadi bagian dari sebuah pemilu kadang kala muncul dalam banyak jiwa warga Indonesia dengan menyimak argumentasi terutama negatif terhadap kandidat yang akan bertarung. Pilihan menjatuhkan saingan dirasa efektif untuk memenangkan perhelatan pemilu 2019. 

Jadinya, hal ini memberi pengaruh bagi warga dalam menentukan pilihan. Apakah memilih yang terbaik atau yang baik atau yang di sukai? Pertanyaan ini muncul dalam benak masyarakat menjelang pilpres dan pileh 17 April. 

Rasa ragu (terutama bagi yang mau golput) terus terbesit dalam alam pikiran masyarakat untuk menentukan pilihan pada pemilu mendatang. Idealnya memang pemilu membawa "kebahagian" dari pesta pora demokrasi, namun karena persaingan kekuasaan memisahkan kandidat dan warga (pendukungnya) menjadi linglung. 

Khawatir dalam menentukan pilihan, resistan untuk hadir di hari H, dan pikiran-pikiran lain berseliweran dalam pikiran-pikiran masyarakat Indonesia menjelang 17 April.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline