Lihat ke Halaman Asli

Ketika KBC Turut Meriahkan Tour de' Tambora Rinjani 2015

Diperbarui: 21 Desember 2015   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

        UMUR Konstanta Bima Club (KBC), sebuah komunitas sepeda di Kota Bima memang masih sangat muda. Tetapi kekompakan yang ditunjukkan oleh anggotanya patut diberi apresiasi. Termasuk saat menjadi partisipan Tour de’ Tambora Rinjani yang mengambil star dari Kota Bima, Sabtu lalu.

Bagi sya, mengikuti kegiatan KBC, lumayan seru. Para pesepeda yang sudah memiliki usia yang tidak muda lagi itu, ternyata sudah mampu menembus jalur Kota Bima-Lakey di Dompu. Ini luar biasa, mengingat banyak anggotanya adalah pemula. ‘’Kami sangat bangga mampu tembus jalur Kota Bima-Lakey,’’ kata H. Rashid Harman.

Apakah hanya ke Lakey? Ternyata tidak. Mereka sudah sering menempuh jalur Kota Bima-Wawo. Jalur inilah rupanya yang banyak mengajarkan mereka bagaimana menaklukkan tanjakan. Rata-rata anggota KBC naik dari Lampe dan pulangnya melewati jalan potong Santangi-Dodu. Demikian pula dengan jalur kota ke Kolo pergi pulang. Jalur ini cukup menantang karena banyak tanjakannya.

Terakhir kemarin, mereka berpartisipasi sebagai tuan rumah pada kegiatan Tour de’ Tambora Rinjani. Para pegowes yang dimotori oleh Gubernur NTB, TGH Zainul Majdi ini star dari halaman kantor Walikota Bima hingga Mataram. TGB –sapaan Gubernur NTB—ikut aktif mendayung sepeda jenis road bike. TGB yang hoby gowes ini, memang bertekad untuk menaklukkan jalur ujung Timur NTB hingga ibukotanya di Mataram. Selain TGB, ada Kepala Dinas Pertanian dan TPH Provinsi NTB, Ir. Husnul Fauzi dan Ir. Syarafudin alias Jarot, Manager Community Relation dan Social Responscibility (Comrel and SR) PT Newmont Nusa Tenggara. Keduanya kebetulan kawan seangkatan saya di Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Peserta lainnya, dari Bima ada delapan orang, termasuk Pemimpin Redaksi Bima TV, Sofiyan Asy’ari.

Pada malam harinya, saya dengan beberapa kawan senagkatan yang tinggal di Bima, sempat makan malam bersama dengan Jarot. Dia memilih berkumpul dengan teman kuliahnya ketimbang mengikuti welcome dinner yang digelar di Hotel Marina, tempat para peserta tour diinapkan. ‘’Tour ini disponsori oleh PT NNT,’’ kata Jarot saat mengobrol dengan saya.

Peserta sudah ada di halaman kantor Walikota Bima sekitar pukul 05.00 Wita. Termasuk anggota KBC. Di antaranya yang hadir adalah dr Irfan, Muhammad Jafar, M. Syaeful Bahri, Khairul F Nawawi, Sugiharto, H. Rasyid Harman, Hartanto Tulistyanto, Halida Naif, Hendra, Fauzi Tani. Sesuai rencana, pagi itu anggota KBC, termasuk saya akan ikut mengawal rombongan hingga Bolo.

Saya sendiri tiba di tempat star sekitar pukul 05.25 Wita. Saya sibuk mencari Husnul Fauzi dan Jarot. Saya hanya bertemu dengan Jarot sebelum pelepasan. Kami sempat selfie-an sebelum dia masuk dalam rombongan star dan berdiri di samping TGB. Saat saya sibuk ambil foto kawan-kawan KBC, tiba-tiba sopir Jarot menjemput saya. Katanya saya diminta jemput untuk foto bersama TGB sebelum star. Untuk menyenangkan kawan, yah saya ikut juga walau berdesakan. Uniknya, orang yang saya dorong saat foto itu ternyata Husnul Fauzi. Kami tidak saling kenal karena sama-sama mengenakan kaca mata dan helm. Saya baru sadar setelah foto itu di-share di group WhatsApp seangkatan kami di Fakultas Pertanian Unram.

Star dimulai. Tekad kami dan anggota KBC untuk kawal rombongan sudah bulat. Dengan semangat juang ’45, sepeda kami kayuh sekuat tenaga. Dalam kota, rasanya masih imbang. Kami masih bisa pepeti. Tiba di Lawata, saya kaget ada satu peserta yang kesulitan oper gigi sepedanya sehingga ketinggalan rombongan. Setelah saya dekati, ternyata kawan saya Jarot. Saya coba arahkan untuk menaikkan gigi sepedanya supaya bisa kejar rombongan, tetapi dia gagal. Depan Pertamina di Wadu Mbolo, Jarot memutuskan untuk loading. Sepedanya diangkut, termasuk saya ikut diangkut. ‘’Ayo kita naik mobil saja. Rombongan sudah jauh tuh,’’ katanya.

Saya heran juga dengan kejadian yang dia alami itu. Karena satahu saya, dia sering gowes bareng kawan-kawannya bahkan dengan TGB di Lombok. Setelah saya tanya, ternyata selama ini dia hanya menggunakan MTB. ‘’Ini sepedanya beda Din. Saya baru pakai saat star ini. Ini baru dibawa dari Mataram,’’ katanya.

Yah pantas saja. Butuh penyesuaian cukup lama dari MTB ke road bike. Sistem giginya beda, demikian pula dengan posisinya. Ini tidak mudah. Kami mengobrol di mobil dan saya minta pada sopir untuk mengambil jalan potong Panda-Palibelo. Kami akhirnya menunggu rombongan yang lewat pantai Kalaki di depan Bandara Muhammad Salahuddin. Di sini kami sempat diguyur hujan. Saya pun terpisah dengan kawan-kawan KBC.

Rencananya, Jarot akan gabung lagi dengan rombongan di tempat itu. Tetapi karena hujan, Jarot memilih untuk tetap loading hingga tempat peristirahatan untuk bisa gabung kembali. Kami pun berpisah, sementara saya masih menunggu kawan-kawan KBC yang mengawal rombongan untuk bisa bergabung kembali. Yang membuat saya heran hingga rombongan tour lewat semua, tak ada satupun anggota KBC yang kelihatan. Saya curiga kemudian mencoba menghubungi mereka yang ternyata menyerah di Panda. ‘’Kami tidak mampu lagi ikut karena kecepatan mereka tidak bisa kami kejar,’’ kata Syaeful Bahri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline