Lihat ke Halaman Asli

Khaidir Asmuni

Penulis lepas

Algoritma Soekarno: Narasi Besar Budiman Sudjatmiko Hadapi Kurikulum ke-4 Perubahan Dunia

Diperbarui: 7 Maret 2023   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko mengungkap pentingnya Ibu Megawati Soekarnoputri memegang jabatan sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), salah satunya adalah untuk mengawal teknokrasi Indonesia. Pada bagian lain, Budiman menyebutkan perjalanan Indonesia terancam balik lagi ke "belakang" akibat gaung perubahan yang dicetuskan kalangan tertentu, ternyata konservatif yang justeru dapat memperlambat Indonesia dalam melalui kurikulum ke-4 perubahan dunia.

Pernyataan Budiman menyiratkan bahwa PDIP (dengan kekuatan konsistensi Ibu Mega) tidak sekadar mempertahankan kemenangan dari pemilu ke pemilu,  melainkan juga memiliki tanggung jawab mengawal perjalanan peradaban suatu bangsa.

Itulah sebabnya melalui tanggung jawab tersebut, Ibu Mega dalam berbagai kesempatan, selalu konsisten mengawal bangsa ini untuk tetap on the track.

Dunia dalam 4 Kurikulum

Dalam wawancara dengan Ahmad Syahal dari Mind TV, Budiman menjelaskan tulisannya yang dimuat di Kompas bertajuk "Imajinasi Baru Kebangsaan". Budiman menyinggung perjalanan sejarah dunia yang telah melalui 4 tahapan setiap 25 tahun (yang disebutnya kurikulum). Kurikulum pertama terjadi pasca Perang Dunia II (1945-1970). 

Pada masa ini pihak pemenang Perang Dunia II mengalahkan fasisme Jerman, Italia dan Jepang. Namun mereka kehabisan sumber daya dan tidak punya tenaga lagi untuk menjaga jajahan. Banyak negara merdeka. Termasuk Indonesia. Konflik politik dan konflik bersenjata di masa ini kebanyakan berkaitan dengan perebutan sumber daya alam.

Pada kurikulum kedua (1970-1995) tahap pabrikasi manufaktur. Pertumbuhan ekonomi dunia tidak lagi pada penguasaan sumber daya alam namun bergeser ke  yang industri pabrikasi manufaktur.
Jepang dan Jerman yang tadinya kalah perang mulai bangkit. Industri manufaktur Jepang dan Jerman merambah du Asia dan Eropa.

Kurikulum ketiga terjadi pada 1995-2020 di mana terjadi industri rekayasa keuangan. Siapapun yang punya kemampuan rekayasa finansial akan mampu menentukan arah dunia. Salah satu yang dicontohkan Budiman adalah terjadinya krisis moneter. Indonesia termasuk yang terkena imbas di tahun 1997. Di era ini, pihak pihak yang menguasai rekayasa finansial tanpa harus berkeringat mencari sumber daya alam justeru lebih maju.

Kurikulum ke-4 (2020-2045). Pada kurikulum ke-4 ini tentu saja, tantangan yang dihadapi berbeda dengan masa sebelumnya. Siapa yang menguasai data itulah yang akan melesat. Pandemi Covid-19 termasuk menjadi salah satu pemicu munculnya pentingnya data di dunia. Ketika setiap aktivitas sehari-hari harus terdata. Data akan menjadi kekuatan yang menguasai dunia.

Dari 4 kurikulum itu, Budiman menggarisbawahi posisi Indonesia yang menjadi korban. Indonesia menjadi sasaran pemasaran produk negara industri maju pada kurikulum ke-2. Indonesia juga terkena imbas krisis moneter pada kurikulum ke-3. Akankah Indonesia akan kalah di era kurikulum ke-4?

Dalam wawancara dengan Ahmad Syahal ini, Budiman menilai potensi Indonesia untuk menang dalam kurikulum ke-4. Tentu saja dengan penguasaan teknologi dan sejumlah potensi lain yang dimiliki Indonesia. Potensi itu sebut saja dari jumlah penduduk yang besar, kekayaan etnis yang masing masing memiliki karakter (keanekaragaman sosial budaya) hingga sumber daya alam yang berlimpah (keanekaragaman flora dan fauna)
Indonesia bercermin. Indonesia memahami kecantikan, keindahan dan berbagai potensinya. Indonesia dituntut menentukan arah dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline