Lihat ke Halaman Asli

Khaidir Asmuni

Penulis lepas

Artificial Intelligence dan Perubahan Cara Pandang Riset

Diperbarui: 11 Januari 2022   04:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, dunia tak bisa lepas dari Revolusi Industri 4.0, yang ditandai dengan perkembangan digitalisasi dan internet. Namun seiring dengan itu, banyak teknologi berkembang pesat. Seperti artificial intellegence atau kecerdasan buatan (AI), data besar (big data), jaringan telekomunikasi generasi kelima (5G), nanoteknologi dan bioteknologi, robotika, Internet of Things ( IoT), dan komputasi kuantum.

Untuk nanoteknologi mencatat perkembangan baru  perkembangan teknologi dan riset di tingkat atom, molekuler, dan makromolekuler dalam skala sekitar 1-100 nanometer.Ini juga jalan mengatasi pandemi Covid-19.Juga dengan perkembangan teknologi lain yang sudah menciptakan perlombaan baru di dunia riset dunia. Para peneliti berebut mematenkan hasil penemuan mereka.
Contoh penting ini seperti yang diungkapkan J. Paul Goode dari Carleton University, Kanada yang menilai revolusi teknologi saat ini telah mengubah cara pandang berbagai negara tentang risetnya. Yang paling menyolok adalah dengan pesatnya perkembangan artificial intelligence (AI). Banyak negara mengeluarkan investasi terkait ini. Pada tahun 2018, Australia mengeluarkan USD$25 juta dan China hingga USD$30 miliar.

Juga Parlemen Eropa di Strasbourg, salah satu dari tiga badan UE (bersama dengan komisi dan dewan negara anggota) menyetujui pendanaan penelitian lebih dari 100 miliar (US$113 miliar) untul program Horizon Eropa, yang berlangsung dari 2021 hingga 2027 untuk meneliti ilmu otak dan teknologi kuantum.

Besarnya investasi tersebut karena AI menjadi bagian penting masa depan dunia. Paul Goode menyebut pertumbuhan AI dalam ekonomi dunia akan membuat seluruh sektor menjadi usang dan berpotensi menyebabkan pengangguran massal.

Kenapa seluruh sektor menjadi usang? Karena di seluruh sektor AI bisa berperan secara multi dimensi dan interdisipliner.

Anehnya, dalam kondisi ini ilmuwan sosial cenderung menganggap diskusi tentang Al sebagai fiksi ilmiah teknologi.

Pertanyaannya, bagaimana mungkin kita bisa lari masalah AI ketika dia memengaruhi cara pandang keilmuan di dunia? Apalagi kini para ahli dunia terus mengembangkan wacana AI dari berbagai sudut pandang?

Simon Lindgren dan Jonny Holmstrm, peneliti Swedia, misalnya, menggambarkan bagaimana AI membangun pilar baru dalam ilmu sosial.

Dalam tulisan "Social Science Perspective on Artificial Intelligence: Building Blocks for a Research Agenda" kedua ahli ini menjelaskan 4 hal penting yang harus diperhatikan dalam ilmu sosial ke depan.l menyangkut sosioteknik.

Pertama, interaksi antara manusia dan mesin harus dipelajari dalam konteks masyarakat yang lebih luas. Kedua, aktor teknologi dan manusia harus dilihat sebagai aktor sosial secara setara. Ketiga, kita harus mempertimbangkan pengaturan diskursif yang lebih luas di mana AI dikonstruksi secara sosial sebagai fenomena dengan harapan dan ketakutan terkait. Keempat, refleksi yang konstan dan kritis diperlukan tentang bagaimana AI, algoritme, dan datafikasi memengaruhi objek dan metode penelitian ilmu sosial.

Tidak hanya ilmu sosial yang terdampak. Seluruh ilmu pengetahuan akan berubah dengan kehadiran AI.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline