Lihat ke Halaman Asli

Khafiyah HikmahRahmadhani

Mahasiswa Universitas Airlangga

Pandemi "Disonansi Kognitif" pada Generasi "Corona"

Diperbarui: 6 Juni 2022   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Penulis

Pernahkah Anda lupa waktu saat scrolling Instagram, TikTok, Twitter, atau Facebook? Setelah membuang banyak waktu berharga untuk hal tersebut, pernahkan Anda merasa menyesal? Jika iya, Anda mungkin mengalami disonansi kognitif!

Disonansi berarti tidak harmonis, sedangkan kognitif berarti perilaku yang dilakukan secara sadar. Secara harfiah, disonansi kognitif diartikan sebagai salah satu gangguan psikologis dimana seseorang akan merasa tidak nyaman akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang bertentangan dengan keyakinan dan motivasi yang ia miliki.

Lalu mengapa ada pandemi disonansi kognitif pada generasi corona?

Mari ber-euforia dengan keadaan pandemi Covid-19, dua tahun yang lalu. Saat semua kegiatan menjadi berbentuk virtual, saat semua wajah hanya bisa terlihat di layar, dan sejak semua hal pada kehidupan kita mulai berubah. Sedikit demi sedikit, tetapi pasti, pandemi membuat kebiasaan kita berubah. 

Pandemi membuat kita lebih dekat dengan teman-teman virtual, lebih senang dengan permainan-permainan online, lebih tertarik untuk terus-terusan scrolling sosial media, dan masih banyak lagi. 

Kemalasan mulai melanda, mindset mulai berubah, dan kebiasaan pun sudah berganti. Kita lebih sering menatap HP, sering membuka dan mengecek sosial media kita. Kini hal itu sudah menjadi kebiasaan.

Contoh simple dari disonansi kognitif, saat sedang menyontek. Anda tentu tahu kalau menyontek adalah perbuatan tidak terpuji. Tetapi, masih kerap Anda lakukan. Setelah menyontek, apakah ada perasaan bersalah? Awalnya ada, tetapi lama-kelamaan, hal ini seperti hilang dibawa angin, karena sudah menjadi sebuah kebiasaan.

Namun, contoh lain disonansi kognitif yang mungkin telah menjadi kebiasaan, tetapi masih menimbulkan penyesalan dan ketidaknyamanan adalah paling perilaku scrolling media sosial terlalu lama. Apalagi saat ada tugas atau hal yang harus dikerjakan saat itu juga. 

Walaupun sudah menjadi kebiasaan, hal ini masing mengganggu kita karena akibat dari kebiasaan scrolling sangat cepat muncul. Berbeda dengan menyontek yang hanya muncul akibatnya saat ketahuan atau baru muncul bertahun-tahun kemudian.

Apakah hal ini bisa diobati?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline