Lihat ke Halaman Asli

Mending Lempar Tepung, Cela-celaan atau Jadi Korban Propaganda?

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13888158741962670177

YKS (Yuk Keep Smile) yang awalnya bernama Yuk Kita Sahur, ditujukan hanya untuk program sahur belaka, karena disukai dan faktor rating-share yang tinggi, akhirnya dipanjangkan hingga kini, hingga masyarakatpun terlalu lama melihat tayangan yang katanya tidak mendidik itu.

Bahkan, ada yang sampai berani membuat petisi di www.change.org dengan alasan bahwa acara yang tayang di TRANS TV tersebut sangat tidak berkualitas dengan kata-kata kasar, menyiksa orang (entah itu main tebak-tebakan dengan kaki dimasukkan air es atau menyumpal tepung ke mulut lawan), sampai dengan goyangan tidak jelas yang dilaksanakan full 1 jam dan tidak berubah selama beberapa bulan terakhir, apalagi goyangannya memakai latar musik yang liriknya vulgar serta mengarah ke gerakan vulgar pula (change.org). Bahkan, hingga kini telah terkumpul lebih dari 20.000 penandatangan.

[caption id="attachment_303797" align="alignnone" width="556" caption="Yuk Keep Smile (transtv.co.id)"][/caption] Walau begitu, acara ini juga telah menjadi trendsetter dalam dunia komedi, lihat saja acara Campur-Campur yang tayang di Antv, isinya hampir sama dengan YKS ini,tak lebih dari cela-celaan hingga joget-joget dangdut tak jelas.

Tapi, kali ini Saya tidak akan membahas program yang melejitkan Caesar itu. Tapi Saya akan mengajak Anda menengok salah satu acara komedi jaman dulu, Ria Jenaka namanya. Populer di era 80-an (saya belum lahir) dan menjadi tontonan komedi kegemaran masyarakat (Ya iyalah, wong TV-nya Cuma satu). Direktur TVRI saat itu, Drs. H. Subrata ingin agar program pemerintah bisa sampai pada masyarakat dengan lancar. Figur Punakawan dipilih karena dianggap dekat dengan masyarakat. Pemainnya ialah Grup Ateng dkk, dengan Ateng sebagai Bagong, Iskak sebagai Petruk, Suroto sebagai Gareng, Sampan Hismanto sebagai Semar/Romo dan Teten sebagai Mono.

Namun, Punakawan yang satu ini sering dijuluki “Punakawan Bermata Satu” karena acara yang digawanginya ini terkait erat dengan propaganda rezim yang berkuasa saat itu, isinya tak jauh dari penyuluhan KB, Transmigrasi, Banjir dan sebagainya tergantung dari departemen atau lembaga mana yang memesannya ke TVRI.

Ya, acara ini memang tak ditujukan menjadi komedi full hiburan seperti YKS, namun tak lebih dari corong pemerintah untuk menyampaikan pesan-pesan mereka agar lebih mudah diterima dan dicerna masyarakat. Sampai-sampai, karena banyak unsur penyuluhan dan propaganda dibandingkan dengan unsur komedi yang sejatinya harus kental dalam acara ini, masyarakat jadi “ogah” menonton.

[caption id="attachment_303798" align="alignnone" width="614" caption="Ria Jenaka TVRI (http://www.youtube.com/watch?v=M3uzFV5waaU)"]

1388815938497642262

[/caption] Saya sendiri belum lahir saat acara itu mengudara, lha kok bisa tau acara ini dari mana? Saya tahu dari YouTube, menengok sketsa Punakawan yang dikemas apik dalam Ria Jenaka TVRI, yang Saya tonton disitu ialah benar, isinya tak lebih dari propaganda, dalam episode itu tentang pembayaran pajak, meski tidak full, namun Saya mengerti arahnya kemana.

Ya, setidaknya acara ini masih “normal”, tidak ada adegan dorong-dorongan hingga jatuh, celaan kasar menyakitkan, pukul-pukulan gabus atau bahkan lempar tepung, jangan harap bakal ada! Ya, walaupun “bermuka dua”, (berbungkus komedi namun isinya ya itu tadi, propaganda) program ini masih dibilang sehat, lah.

Kalau dibandingkan dengan acara komedi jaman sekarang, wah.. Jangan ditanya, sangat berbeda sekali 180 derajat. Coba bayangkan misalnya Cagur, Raffi, Billy, Soimah dan Olga menyampaikan pesan-pesan propaganda pemerintah misalnya tentang KB dan sebagainya. Tuiiinggg… Bisa stroke berjamaah masyarakat Indonesia jika hal itu benar terjadi. Atau dibalik, jika komedi jaman dulu sudah ada lempar tepung, cela-celaan, pukul-pukulan gabus. Jaman dulu saja sudah parah seperi itu, bagaimana dengan jaman masa kini. Jika itu benar terjadi, tambah bobrok masyarakat. Hiii…

Maklumlah, mengutip kata-kata Dorce, manusia tak ada yang sempurna. Program televisi juga tak ada yang sempurna, apalagi komedi. Tergantung kita menyikapinya.

Keep Smile :) *eh..

Thanks to: lapanpuluhan.blogspot.com, tabloidbintang.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline