[caption id="attachment_283993" align="alignnone" width="800" caption="Suasana sekitar Jalan Laksda Adisucipto, Yogyakarta"][/caption]
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau yang sering kita sebut dengan Jogja saja ini sedang merayakan hari jadinya yang ke-257. Kita sisihkan mata kita dari kemeriahan dan kegemerlapan perayaan hari jadi kota budaya tersebut. Kita coba tengok sisi lain dari Jogja. Apakah itu? Kita coba tengok jalanan. Saya pilih jalanan depan Ambarrukmo Plaza, atau yang sering disebut dengan Amplaz karena jalan disana sangat sering terjadi kecelakaan. Penulis meliput saat siang hari menjelang sore dimana saat itu orang ramai kembali dari aktivitasnya.
[caption id="attachment_283994" align="alignnone" width="800" caption="Tampak polisi mengawasi ketat setiap laju kendaraan (kiri) dan memberikan "]
[/caption]
Saat meliput (7/10) terpantau bahwa Jl. Laksda Adi Sucipto (tempat dimana Amplaz berdiri-red) terlihat ramai lancar. Jalanan yang pada akhir pekan sangat padat dan sesak itu malah cenderung sepi. Terlihat, polisi begitu serius dalam menertibkan jalanan, tak mau kecolongan lagi jika terjadi kecelakaan fatal yang kerap sekali terjadi. Pada gambar kedua, terlihat bahwa polisi melayani masyarakat yang bertanya. Polisi tampak antusias memberikan “jalan keluar” bagi sang penanya.
[caption id="attachment_283995" align="alignnone" width="800" caption="Suasana di Lantai Ground Ambarrukmo Plaza, tak ada promo"]
[/caption]
Lucunya, saat masuk ke dalam mall tak ada promo yang bertempat di lantai ground Ambarrukmo Plaza. Padahal, biasanya sering sekali promo-promo yang digelar di tempat itu. Tak diketahui, kosongnya promo apakah berkaitan dengan ultah Jogja ataupun tidak, tak jelas. Di dalam mall cukup banyak pengunjung, mereka berbelanja atau sekadar melihat-lihat. Tak pelik, pemandangan yang lumrah.
Kecelakaan yang kerap menjadi tontonan warga sekitar dan pengunjung mall itu nampak tidak terjadi saat penulis meliput. Menjadi tontonan apalagi itu hal bisa dikatakan negatif, terutama kecelakaan. Pasti tidak enak. Entah itu suatu “bejo” atau keberuntungan. Yang pasti, inilah hal yang diinginkan oleh semua orang. Ketenangan dan kedamaian dalam kota yang istimewa.
Entah kenapa, terlihat sepi saat penulis meliput sisi lain dari HUT DIY ini. Penulis tak melihat “keistimewaan” yang selama ini digadang-gadangkan. Memang janggal namun itulah yang sebenarnya terjadi. Mungkin liputan penulis diatas bisa dianggap istimewa jika kita sendiri bisa menganggap bahwa aktivitas-aktivitas kecil seperti yang penulis sebutkan diatas adalah sesuatu yang istimewa. Tergantung penilaian dan tanggapan kita sebenarnya.
Namun, janganlah melihat bahwa Jogja yang sangat kaya akan keistimewaan ini menjadi kurang istimewa, ini hanyalah sebagian potret yang kebetulan tak sengaja “terjepret” oleh kamera si penulis. Tidak akan pernah terbatas sebenarnya jika anda menyelami Jogja, masih banyak karakter-karakter yang ditawarkan. Jika anda berminat, silakan menyelami dan menikmatinya sepenuh hati dan jiwa anda.
Perlu diketahui, tahun ini Jogja sudak menginjak usia 257 tahun. Sudah dua abad Jogja berdiri, dua abad pula keistimewaannya menghiasi Negara tercinta ini. Memberikan corak dan warna tersendiri. Khas dan otentik, tak mudah luntur oleh majunya zaman, namun tak berarti juga menjadi kolot. Singkatnya, tak meninggalkan adat budaya. Mengintegrasikan kultur dan modernitas menjadi suatu perpaduan yang apik dan tentunya unik.
Kekhasan atau ciri khas yang dimiliki Yogyakarta, mau tidak mau memberikan kita suatu efek atau pengaruh yang membuat kita ingin kembali lagi, lagi dan lagi kesana. Susah buat Jogja untuk “di-reject” orang banyak, karena keunikannya yang sudah melekat kuat pada setiap nurani masyarakat. Bagaimanapun juga, istimewa ataupun tidak istimewa, Jogja tetap istimewa. Kula trisno sanget Ngayogjakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H