Halo sobat Kompasiana, kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman hiking di bukit di daerah Tulungagung. Oh iya sebelumnya ini adalah pertama kalinya saya mengunjungi Tulungagung. Pada pertengahan bulan November 2022 saya mendapat undangan bersama teman-teman yang tergabung dalam acara Tulungagung Travel Video Competition 2022. Dimana peserta yang ikut adalah pegiat sosial media, dan juga blogger, serta pecinta traveling seperti saya ini. OK untuk Tulungagung Travel Video Competition nanti akan saya ceritakan di lain kesempatan.
Jadi di rundown acara itu kan ada camping di bukit dan belajar tentang candi yang ada di bukit tersebut yakni ada Candi Urung dan Candi Dadi. Nah menurut teman-teman panitia untuk bisa sampai ke puncak bukit itu sekitar waktu 30 menit. Kami berangkat sore untuk kemudian istirahat di atas di tenda yang ternyata telah disiapkan oleh teman-teman panitia. Sore itu sayang agak hujan gerimis jadi kegiatan sore itu paling hanya bersantai dan cengkrama.
Nah malamnya, kami belajar tentang Tembang Macapat serta kesenia Jawa lainnya. Menikmati indahnya malam sambil belajar nyanyian Jawa ditemani sinar senter yang agak remang adalah kenikmatan tersendiri. Teh hangat serta lontong pecel juga menambah kehangatan suasana malam itu. Acara malam selesai karena besok pagi jam 3 harus bersiap untuk naik ke atas menuju Candi Dadi.
Paginya meski agak molor waktunya kami naik ke atas dengan keadaan masih gelap dan licin karena sisa-sisa hujan semalam. Sampai di atas saya benar-benar takjub karena ada tunggal yang berada di atas bukit. Dari atas sini pemandangan kelihatan indah sekali. Sampai disini sudah ada Pak Andi selaku penjaga Candi Dadi ini. Dari beliau kami mendengar sejarah tentang candi Dadi.
Yang menarik dari Candi Dadi adalah adanya lubang yang berbentuk lingkaran di tengah candi yang hanya bisa kita lihat dari atas. Beruntung saya membawa drone sehingga saya bisa mengabadikan keindahan candi ini. Dari informasi yang ada Candi Dadi berada di kawasan perbukitan Walikukun dan terletak di Dusun Mojo Desa Wajak Kidul, kecamatan Boyolangu. Candi Dadi berbentuk persegi dengan ukuran 14 m kali 14 dan tinggi 6,5 meter serta lubang atau sumur yang ada di tengah dengan diamtere 3,35 dan kedalaman 3 m.
Candi Dadi diperkirakan karya apada akhir abad ke 14 hingga akghir abad 15. Candi ini adalah peninggalan Majapahit dimana candi ibni bercorak Hindu. Untuk teman-teman yang ingin berkunjung ke Candi Dadi saya sarankan untuk bisa menghubungi Pak Andi karena setiap hari beliau selalu naik ke atas untuk membersihkan candi ini. Terimakasih telah membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H