Lihat ke Halaman Asli

[Puisi] Percakapan Pecinta di Akhir Cerita

Diperbarui: 6 Oktober 2015   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ku bawa kamu kedataran terasing, mengenal belukar dan tingginya ilalang
Untuk kamu mulai paham cara mencemburui dan memainkan peran seperti insting musang takut elang menyergap induk ayam
Mungkin kamu terlalu dimanja...
Syarat mutlak untuk keterlepasanku
Kau harus sungguh...
Lacak lepas kebebasanku dan mata mu terantuk nanar menatap kedua mataku seakan menekanku ke dasar jurang mengutuk aku dari bulir dalil-dalil memasir yang pendewasaanya ku tau lebih dulu dari aku

Dan setiap sudut mata mu berair mengekalkan aku pada rentetan peristiwa kekasih musiman dan tak jarang datang
Sementara aku berdiam seperti anak kecil yang tengah sakit-sakitan merusak kesan senyum jiwa indah ku bertualang
Lalu kulihatkan diri kamu dalam suatu bentuk keniscahyaan
Kepekaan mengisyaratkan keharusan tak bisa digantikan aku
Percakapan dengan pencinta, perenungan untuk dibuang atau disayang
Di akhir cerita, aku pewayang, mulai bertepuk senang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline