Lihat ke Halaman Asli

Khadijah

Mahasiswa

Pengelolaan Zakat di Malaysia dan Singapura

Diperbarui: 24 Maret 2024   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pengelolaan zakat di Malaysia menekankan pentingnya arah yang jelas dalam manajemen aset zakat. Para peneliti menyoroti perlunya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta penekanan pada profesionalisme, transparansi, dan pendidikan umat Islam untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pengumpulan dan distribusi zakat. Dengan adopsi pendekatan ini, diharapkan pengelolaan zakat di Malaysia dapat mencapai tingkat yang lebih terorganisir dan transparan, serta meningkatkan partisipasi umat Islam dalam membayar zakat.
Di sisi lain, pengelolaan zakat di Singapura mengusung pendekatan korporatis yang unik. Dalam sistem ini, tidak ada campur tangan langsung dari pemerintah, melainkan keterlibatan aktif masyarakat dan lembaga lokal seperti Majelis Ulama Islam Singapura. Pendekatan ini telah terbukti sukses dalam menciptakan sistem pengelolaan zakat yang efisien dan transparan, dengan partisipasi sekitar 170 ribu pembayar zakat rutin. Dengan demikian, Singapura membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, pengelolaan zakat dapat menjadi alat yang efektif dalam memperkuat kesejahteraan masyarakat.
 
* Pengelolaan Zakat di malaysia
Zakat, sebagai salah satu pilar utama dalam ajaran Islam, memiliki peran penting dalam membangun masyarakat yang berkeadilan dan berempati. Di Malaysia, negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, pengelolaan zakat menjadi fokus kajian yang penting. Sejumlah peneliti telah mengarahkan perhatian mereka untuk memeriksa praktik dan kebijakan yang ada dalam pengumpulan dan distribusi zakat, dengan tujuan utama untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses tersebut.
Studi-studi ini menggarisbawahi kebutuhan akan arah yang jelas dalam pengelolaan aset zakat. Melalui penekanan pada pentingnya kepemilikan yang jelas, para peneliti berharap untuk membawa pengelolaan zakat pada tingkat yang lebih terorganisir dan transparan. Salah satu pendekatan yang diusulkan adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk memperkenalkan praktik manajemen perusahaan yang modern dalam pengumpulan zakat. Dengan adanya pendekatan ini, diharapkan pengumpulan dan pembayaran zakat dapat menjadi lebih efisien dan terukur.
Selain itu, pentingnya profesionalisme, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan zakat juga menjadi sorotan utama dalam studi-studi ini. Para peneliti menyoroti bahwa pengelolaan dana zakat bukanlah sekadar soal mengumpulkan dan mendistribusikan dana, melainkan juga tentang memastikan bahwa dana tersebut dikelola dengan standar yang tinggi dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Ini mencakup aspek-aspek seperti manajemen keuangan yang efisien dan pelaporan yang transparan.
Di samping itu, upaya mendidik umat Islam tentang kewajiban mereka dalam membayar zakat juga menjadi fokus penting dalam penelitian ini. Pendidikan ini dianggap krusial untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi umat Islam dalam membayar zakat, sehingga dapat menciptakan dampak sosial yang lebih besar dalam masyarakat. Dengan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya zakat sebagai bagian integral dari praktik keagamaan, diharapkan akan terjadi peningkatan dalam pengumpulan dan distribusi zakat di Malaysia.
Secara keseluruhan, studi-studi tentang manajemen zakat di Malaysia memberikan pandangan yang komprehensif tentang tantangan dan peluang dalam pengelolaan dana zakat. Rekomendasi yang dihasilkan, seperti adopsi teknologi informasi dan komunikasi, penekanan pada profesionalisme dan transparansi, serta pendidikan yang lebih baik kepada umat Islam, memberikan arahan yang berharga untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan zakat di Malaysia. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan zakat dapat terus menjadi instrumen yang kuat dalam memperkuat kesejahteraan masyarakat Malaysia yang beragam.
 
* Pengelolaan zakat di Singapura
Pengelolaan zakat, infak, dan sedekah di Singapura menunjukkan sebuah model yang unik, di mana semua aktivitas tersebut tidak dikelola secara perorangan, melainkan secara korporat. Dengan partisipasi sekitar 170 ribu pembayar zakat rutin, negara ini telah berhasil menciptakan sistem yang efisien untuk mengumpulkan dan mendistribusikan dana sosial. Pada tahun 2003, total penghimpunan dana sosial mencapai S$13 juta, sebagian besar disalurkan untuk membantu mustahik, mencapai sekitar S$12.3 juta.
Menariknya, pemerintah Singapura memilih untuk tidak terlibat secara langsung dalam pengelolaan dana sosial ini. Mereka percaya pada kemampuan masyarakat dan lembaga lokal untuk mengelola dana tersebut dengan baik. Majelis Ulama Islam Singapura memegang peran penting dalam mengoordinasikan aktivitas ini, tanpa campur tangan langsung dari pemerintah.
Sistem pengelolaan zakat di Singapura juga menunjukkan kesuksesan pendekatan korporatis dalam mengelola dana sosial. Dengan dukungan inovasi seperti Pusat Pungutan Zakat dan Tabung Haji, Singapura telah menciptakan sistem yang efisien dan transparan untuk mengelola zakat dan infak. Ini membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, pengelolaan dana sosial dapat menjadi alat yang efektif dalam memperkuat kesejahteraan masyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline