Lihat ke Halaman Asli

Siti Khadijah

Mahasiswa S1 Bimbingan Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Epistemologi dalam Islam

Diperbarui: 11 Juli 2024   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Epistemologi Islam merupakan cabang  pemikiran Islam yang mempertimbangkan asal usul, hakikat, dan validitas ilmu pengetahuan dalam konteks ajaran agama Islam. Wahyu dari Allah, khususnya Al-Qur'an dan Hadits, dianggap sebagai sumber utama ilmu pengetahuan.

Dalam epistemologi ini, akal manusia digunakan untuk merumuskan argumentasi dan memahami realitas yang ada di sekitar kita.

Konsep ini menekankan keselarasan  wahyu dan akal dalam mencapai pemahaman  kebenaran dan nilai-nilai Islam, serta pentingnya etika dalam pemanfaatan ilmu. Epistemologi Islam meletakkan landasan filosofis yang kokoh bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam tradisi intelektual Islam.

Dalam Islam, ilmu baik agama maupun sekuler dianggap sebagai tugas mulia dan sarana mendekatkan diri kepada Allah. Sebagaimana ditegaskan dalam Hadits Nabi Muhammad SAW, Islam menganjurkan umatnya untuk terus belajar sepanjang hidupnya.

Pendidikan Islam yang berkualitas dan kompetitif harus berakar pada epistemologi untuk menjamin keberhasilan penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Mengingat tantangan modernisasi, penting bagi pendidikan Islam untuk mempertahankan identitasnya sambil mengintegrasikan unsur-unsur pendidikan Barat.

Epistemologi Islam memegang peranan penting sebagai landasan kuat yang  memungkinkan pendidikan Islam  berkembang dan tampil percaya diri di kancah pendidikan global.

Jika membandingkan epistemologi Islam dan epistemologi Barat, perbedaannya terletak pada sumber utama ilmu pengetahuan, konsep kebenaran, dan hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan.

Epistemologi Islam mengandalkan Al-Qur'an dan hadis sebagai sumber utama ilmu pengetahuan dan menganggap kebenaran sebagai wahyu ilahi yang mutlak. Epistemologi Barat, sebaliknya, cenderung mengandalkan observasi empiris dan penalaran rasional, dan kebenaran sering dikaitkan dengan kesesuaian antara pernyataan dan fakta.

Epistemologi Islam memandang agama dan sains sebagai hal yang saling melengkapi, sedangkan  epistemologi Barat seringkali memisahkan agama dan sains, sehingga menempatkan agama pada ranah keyakinan pribadi.

Hal ini mencerminkan perbedaan paradigma pengetahuan  antara kedua tradisi dan memberikan kontribusi unik bagi perkembangan pemahaman manusia.

Perkembangan epistemologi dalam tradisi Islam melibatkan berbagai tahapan sepanjang sejarahnya. Sejak munculnya Islam hingga Zaman Keemasan, ulama dan filsuf seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, dan al-Ghazali memperluas pemahaman kita tentang hubungan antara akal ("aql") dan wahyu memainkan peran penting di atas. (Wayu).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline