Melayu adalah istilah luwes yang dipakai pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 untuk penggolongan rumpun suku bangsa Austronesia. Suku Melayu menghuni Semenanjung Malaya, pesisir timur pulau Sumatra, bagian selatan Thailand, pantai selatan Burma, pulau Singapura, pesisir Kalimantan, dan pulau-pulau kecil yang terletak di sekitar lokasi ini (sumber wikipedia)
Negara kita sendiri setidaknya memiliki kesamaan dengan negara ASEAN lain seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Singapura dan Kamboja. Kesamaan fisik berkulit sawo matang, rambut hitam, iris mata hitam/ coklat, segi bahasa dan kebudayaan yang serupa tapi tak sama.
Candi Borobudur dan Prambanan kebanggan bangsa yang merupakan warisan kebudayaan Hindu dan Budha, ratusan tahun lalu berkaitan dengan Luang Prabang di Filipina, Candi Bagan di Myanmar, dan Candi Angkor Wat di Kamboja
Malaysia sebagai negara tetangga terdekat yang paling memiliki kemiripan karakteristik dengan bangsa kita. Dari bahasa Melayu yang masih bisa diterapkan ke bahasa Indonesia begitupun sebaliknya. Tak heran jika serial anak Upin Ipin cukup booming di negara kita.
Begitu pula dengan kuliner khas Malaysia, nasi lemak yang pengolahan dan penyajiannya sama dengan nasi uduk. Sama halnya dengan tari-tarian, lagu dan kesenian daerah lain, makanan khas, alat musik hingga pakaian adat yang tak beda jauh. Hingga kemudian mulai muncul polemik saling klaim produk asli antar 2 negara ini. Bersyukur akhirnya negara kita memenangkan beberapa warisan budaya diantaranya
*Tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mengesahkan batik menjadi warisan budaya Indonesia
*Tanggal 27 November 2003 UNESCO mengakui Wayang Kulit sebagai warisan kebudayaan Indonesia
*Tanggal 25 November 2005, UNESCO menetapkan keris sebagai lambang budaya warisan Indonesia
*Pada November 2010 angklung terdaftar sebagai Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia di UNESCO
*Tempe dan rendang juga berhasil diakui UNESCO sebagai warisan budaya khas bangsa Indonesia