"Kalau cari yang putih kurus dan bening, bihun aja!" ungkapan yang seringkali ditujukan bagi kaum laki-laki yang hanya melirik perempuan good looking dengan badan kutilang (kurus tinggi langsing) putih nan glowing. Standar kecantikan yang telah berubah seiring kondisi perkembangan zaman. Dewasa ini Korea menjadi pusat beauty role mode yang mendunia, terutama kawasan Asia khususnya negara kita tercinta. Brand-brand lokal maupun internasional banyak menggunakan artis Korea sebagai brand ambassador, menciptakan produk skincare yang berbau-bau Korea, hingga konsumen sendiri yang selalu ingin menduplikasi tampilan artis Korea. Berkulit putih, langsing dengan kaki jenjangnya, rambut lurus, muka glowing nan flawless.
Sedangkan tampilan alami orang Asia adalah berkulit eksotis atau seringkali disebut sawo matang, badan curvy atau disebut sintal, rambut beragam mulai dari lurus, berombak hingga ikal, namun istimewanya memiliki senyuman tulus yang mempesona. Ya...inner beauty perempuan Asia yang sesungguhnya patut dibanggakan, keramahan sikap dan kepatuhan terhadap norma menjadi nilai tambah tersendiri. Sementara remaja masakini berlomba-lomba mengubah tampilan fisik menyerupai artis Korea hingga rela merogoh kocek dalam-dalam demi skincare, nyalon di klinik kecantikan sampai melakukan operasi plastik demi mewujudkan bodygoal impiannya. Sebuah fenomena yang jika dibiarkan dapat merusak mental healthy karena tanpa disadari telah kecanduan budaya Korea dan memaksakan diri untuk mengikuti tren. Cukup menggelitik ketika melihat para pelajar wanita keranjingan berburu krim pemutih wajah misalnya, dan berhasil memutihkan area wajah saja sementara bagian leher kebawah terlihat "belang". Belum lagi efek samping produk skincare tersebut apakah berbahaya atau tidak. Jangan sampai demi keinginan memiliki glass skin tanpa disadari mengikis lapisan epidermis kulit atau efek jangka panjang lain yang lebih berbahaya seperti gagal ginjal hingga kanker kulit. Pikirkan dan cermati sebelum memutuskan memakai produk atau treatment tertentu, agar tidak menyesal di kemudian hari.
Sebaliknya perempuan yang tidak mengikuti tren dianggap kuno, konvensional, out of date, blablabla. Padahal jika dicermati justru mereka adalah kaum netral yang berkarakter kuat, berpendirian teguh dan tidak mudah terombang ambing. Sah-sah saja mengikuti mode "jika" mampu mengejar dan menyesuaikan diri. Sebagaimana pesan moral yang disampaikan oleh Yura Yunita lewat lagu "Tutur Batin" yakni ungkapan penerimaan diri seutuhnya bahkan dengan ketidaksempurnaan yang dimiliki. Tetap jadi diri sendiri dan bangga akan jati diri yang sesungguhnya. Tuhan itu adil kok, menciptakan mahluk dengan segala kekurangan dan kelebihan dalam satu paket. Cobalah pandangi dirimu di cermin dan tersenyum, maka anda akan temukan kecantikan alami disana. Senyum adalah lengkungan kecil yang dapat membawa perubahan besar. *deeja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H