Menyembelih hewan kurban merupakan salah satu amalan yang dilakukan pada peringatan hari raya Idul Adha. Dari serangkaian ibadah yang dianjurkan mulai dari puasa Dzulhijah (tanggal 1 s/d 7 Dzulhijah), puasa tarwiyah, puasa arafah, sholat Idul Adha, dan menyembelih hewan kurban (bagi yang mampu) pada hari raya Idul Adha maupun hari-hari tasyrik.
Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Kautsar ayat 2: "Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah)." Kata kurban sendiri berasal dari bahasa Arab "Qariba" yang bermakna mendekatkan atau dekat.
Sejarah pelaksanaan kurban berawal dari keteladanan nabi Ibrahim AS dan istrinya Sarah, yang belum dikaruniai keturunan hingga berusia lanjut. Setiap saat nabi Ibrahim berdoa kepada Allah agar diberi keturunan anak laki-laki supaya bisa melanjutkan perjuangannya dalam menegakkan syiar Islam. Sebagaimana diabadikan dalam QS. As-Saffat ayat 100:
Robbi habli minassholihih yang artinya "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.
Hingga akhirnya melalui istri keduanya, Hajar mengandung dan melahirkan seorang putera diberi nama Ismail. Hajar dinikahi tepat setelah melakukan kunjungan ke Mesir, selanjutnya dibawa pindah ke Mekah. Peristiwa ini diabadikan dalam Quran surat As-Saffat ayat 101 yang artinya:
"Maka kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar (bernama Ismail)".
Sayangnya kebahagiaan dalam kebersamaan keluarga kecil Ibrahim tidak berlangsung lama, karena Allah memerintahkan untuk Kembali ke istri pertamanya, Sarah di kota Yerusalem dan meninggalkan Hajar serta bayi Ismail di tengah gurun pasir. Kisah ini dapat kita ketahui dari ayat QS Ibrahim ayat 37:
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan Sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur".
Dengan berat hati nabi Ibrahim terpaksa meninggalkan Hajar dan Ismail kecil, sebaliknya Hajar pun dengan ikhlas menuruti perintah suaminya karena imannya kepada Allah. Ketika perbekalan yang dibawa telah habis, Hajar berusaha keras untuk mencari mata air yang layak untuk dapat diminum.
Peristiwa pencarian dilakukan dengan cara berjalan cepat dari bukit Shafa ke Marwah sebanyak tujuh kali. Hal inilah yang diabadikan dalam rukun haji yakni Sa'i atau berlari-lari kecil dari Shafa hingga ke Marwah.