Lihat ke Halaman Asli

Kurniawan Habibie

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tujuan Dakwah Berdasarkan Isi, Cara, dan Strategi

Diperbarui: 27 Juni 2024   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Galery Pribadi 27 Juni 2024

Oleh: Syamsul Yakin dan Kurniawan Habibie 

(Dosen Retorika dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Tujuan dakwah memiliki makna seperti yang tertulis dalam Al-Qur'an surah Ali-Imran ayat 104, "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" (QS. Ali Imran/3: 104).

Termasuk Al-Qur'an surah Ali-Imran ayat 110,yang artinya "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS. Ali Imran/3: 110).

Dalam berdakwah Rasulullah berhasil mempengaruhi umat muslim dengan baik lewat "Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman" (HR. Muslim).

Terdapat lima tujuan retorika yaitu informatif, persuasif, rekreatif,edukatif,dan advokatif. Karena sesuai dengan sifat amar' makruf dan nahi mungkar.

Dari sisi cara menyampaikan pesan, tujuan retorika minimal ada dua, yakni monologika dan dialogika. Monologika adalah gaya bicara monolog atau searah. Umumnya disampaikan saat pidato, ceramah, dan khutbah. Dialogika adalah gaya bicara dialogis atau dua arah.

Dalam menyampaikan pesan,retorika dakwah memikiku dua teknik, yakni secara monoligika,dan dialogika.Monologika ialah gaya bicara satu arah contohnya saat pidato, ceramah, dan khutbah. Sedangkan dialogika adalah gaya bicara dialogis atau dua arah.

Dalam sejarah Nabi. Diriwayatkan dalam kitab Fathush Shamad mengutip satu hadits Nabi yang bersumber dari Ibnu Umar. Ibnu Umar bercerita, "Dalam satu perjalanan, kami bersama Rasulullah. Sekonyong-konyong seorang Arab pedalaman mendekat. 

Respon Nabi hanya dengan pertanyaan"Wahai kisanak, kamu hendak kemana?" Orang itu menjawab, "Hendak pulang ke keluargaku". "Apakah kisanak menginginkan kebaikan?", seloroh Nabi. Orang itu menjawab, "Apakah itu?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline