Lihat ke Halaman Asli

Kafa Hariroh

Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Pamulang

Dampak Pemboikotan Produk terhadap Perekonomian Indonesia

Diperbarui: 1 Mei 2024   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Pada tanggal 7 Oktober 2023 silam, tentara Hamas menyerang Israel, terjadinya serangan ini dimaksudkan untuk membebaskan ratusan warga Palestina yang ditahan oleh Israel di dalam penjara yang berada di kota Ashkelon, akibat dari serangan inilah yang membuat Israel menyerang kembali Palestina. Hal mengakibatkan beberapa negara dengan mayoritas agama islam mengecam perlakuan atau tindakan  Israel terhadap warga sipil Palestina, hal yang dilakkan adalah dengan melakukan pemboikotan beberapa produk yang disinyalir memiliki hubungan langsung dengan pembelian senjata bagi Israel untuk melakukan serangan kepada warga Palestina. Sebenarnya pemboikotan produk ini sudah pernah dilakukan di Indonesia, tetapi kali ini pemboikotan terhadap beberapa produk tersebut lebih ditegaskan lagi, sebab ada beberapa negara yang telah terang-terangan mendukung Israel atas aksinya terhadap warga sipil Palestina. 

Perlu diketahui dampak yang akan ditimbulkan dari adanya aksi boikot ini salah satunya adalah akan menaikkan jumlah pengangguran di Indonesia sebagai imbas dari kerugian yang diterima oleh perusahaan atau franchise yang beroperasi dan berproduksi di Indonesia, sehingga jika aksi ini terus berlanjut akan membuat beberapa perusahaan atau franchise tersebut menutup bisnisnya serta melakukan PHK terhadap karyawannya. Belum lagi beberapa franchise seperti McDonald, dilansir dari website resminya menyatakan bahwa produk bahan mentah atau bahan baku yang digunakan merupakan produk yang berasal dari dalam negeri, sehingga jika pemboikotan terus berlangsng akan menurunkan jumlah penjualan dalam negeri, begitupun dengan bumbu yang digunakan juga berasal dari dalam negeri, dimana para franchisee dapat membeli stok bumbu kepada pada pemegang waralaba atau franchisor dalam negeri, pemegang waralaba McDonald sendiri adalah PT Rekso Nasional Food. 

Selain meningkatkan jumlah pengangguran, dampak dari aksi boikot ini juga dapat menimbulkan turunnya penjualan barang dalam negeri, seperti yang dikutip dalam website resmi Universitas Airlangga, dimana Prof. Dr. Tika Widiastuti SE., M. Si. selaku guru besar ekonomi Universitas Airlangga, yang menyatakan bahwa “Boikot dapat merugikan perusahaan-perusahaan yang secara langsung terlibat dalam produksi dan distribusi produk pro-Israel, mengancam lapangan pekerjaan yang terkait dengan kegiatan ini. Selain itu, dampaknya bisa meluas ke sektor-sektor terkait, termasuk pemasok bahan baku lokal dan jaringan distribusi". 

Selain  Prof. Dr. Tika Widiastuti SE., M. Si., Ketua Umum APRINDO (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia), Roy N. Mandey seperti yang dilansir dilawan website CNBC Indonesia, Roy mengatakan bahwa "Kuartal III kita sudah turun jadi 4,9%, ketika kuartal II 5,17%, kuartal I 5,03%. Jadi kemungkinan besar kuartal IV ini kita juga turun, bukan 4,9%, bisa cuma 4,6% mungkin, 4,57%-4,6%, jadi secara yoy kita mungkin enggak sampai 5% dengan penurunan di kuartal III dan kuartal IV bisa di sekitar 4,7%-4,8%.", jadi setelah terjadinya aksi boikot ini, perekonomian di Indonesia tumbuh dibawah 5% pada paruh 2023. Beliau juga menambahkan bahwa, pemerintah diharapkan memberikan penjelasan langsung terkait isu boikot ini, dimana seruan aksi boikot ini memang diperuntukkan bagi produk yang di produksi di Israel, bukan produksi dalam negeri. 

Kesimpulannya adalah apa yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina merupakan sebuah tindakan yang tidak manusiawi dan memang harus dihentikan, tetapi himbauan aksi boikot inipun juga harus melihat bagaimana dampak yang ditimbulkan dari aksi ini, dan perlu digarisbawahi produk yang diboikot merupakan produk yang sudah jelas diproduksi disana atau produk dari perusahaan yang terafiliasi dengan Israel, tapi bukan produk yang berproduksi didalam negeri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline