Lihat ke Halaman Asli

Berebut Tanah #10 PT Sinarmas dengan Suku Auri dan Masita

Diperbarui: 21 November 2024   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : https://jubi.id/rilis-pers/2024/melawan-perampasan-tanah-adat-di-papua/

Dinamika Hidup Warga Distrik Kaureh Bersama Perusahaan Kelapa Sawit

Selama lebih dari tiga dekade, masyarakat di sekitar Distrik Kaureh telah hidup berdampingan dengan perusahaan kelapa sawit, termasuk PT Sinarmas yang mengelola sekitar 134.000 hektar lahan sawit di seluruh Indonesia. Sebanyak 31.000 hektar dari total lahan tersebut merupakan lahan plasma, yaitu lahan yang dialokasikan untuk kepentingan masyarakat lokal sebagai bagian dari kewajiban perusahaan sesuai regulasi pemerintah.

Lahan Plasma: Hak dan Harapan Warga Lokal

Lahan plasma, yang wajib disisihkan yaitu 20% dari total lahan konsesi perusahaan, dirancang untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Di Distrik Kaureh, tanah adat milik Suku Auri dan Masita termasuk dalam skema lahan plasma ini. Dengan masuknya lahan adat ke dalam program plasma, warga diharapkan mendapatkan keuntungan ekonomi melalui hasil produksi kelapa sawit, yang meliputi:

  1. Pembagian hasil panen, banyak sekali warga yang menerima bagian tertentu dari pendapatan hasil kebun plasma yang dikelola oleh perusahaan.
  2. Lapangan pekerjaan, banyak warga sekitar yang bekerja sebagai tenaga kerja di kebun, baik sebagai pekerja harian maupun tetap, mereka sering diiming-imingi lapangan pekerjaan yang nyatanya tidak segera direalisasi oleh pihak perusahaan.
  3. Peningkatan infrastruktur, kehadiran perusahaan turut membawa pengembangan fasilitas jalan, sekolah, dan layanan kesehatan di daerah terpencil.

Manfaat yang Dirasakan Warga

Bagi sebagian warga, program lahan plasma memberikan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup. Pendapatan dari hasil kebun plasma membantu mereka membiayai kebutuhan sehari-hari, pendidikan anak-anak, dan pembangunan rumah. Sebagai contoh, beberapa warga melaporkan bahwa sejak adanya skema plasma, mereka bisa mengakses modal usaha kecil atau membeli kendaraan pribadi, yang sebelumnya sulit terwujud.

Namun, manfaat ini tidak selalu merata. Ada warga yang mengeluhkan bahwa distribusi hasil terkadang tidak transparan. Mereka juga merasa kehilangan sebagian kendali atas tanah adat mereka karena sistem pengelolaan plasma yang sepenuhnya dikendalikan perusahaan.

Tantangan Kehidupan Berdampingan dengan Perusahaan

Hidup berdampingan dengan perusahaan kelapa sawit bukan tanpa tantangan. Beberapa isu yang dihadapi warga Distrik Kaureh meliputi:

  1. Kerusakan lingkungan: Pengelolaan lahan yang intensif menyebabkan perubahan ekosistem lokal, termasuk penurunan kualitas tanah dan air.
  2. Kehilangan tradisi: Masuknya perusahaan besar sering kali menggeser praktik budaya dan tradisi lokal, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lahan adat.
  3. Ketergantungan ekonomi: Warga menjadi sangat bergantung pada perusahaan untuk sumber penghasilan utama. Ketika harga sawit turun, dampaknya sangat dirasakan oleh masyarakat.

Langkah Menuju Keberlanjutan

Untuk memastikan manfaat yang lebih adil dan berkelanjutan bagi warga, beberapa langkah dapat diambil, di antaranya:

  1. Peningkatan transparansi dalam pembagian hasil plasma, agar warga mengetahui dan memahami hak mereka secara lebih jelas.
  2. Pelatihan dan edukasi bagi masyarakat mengenai pengelolaan lahan plasma secara mandiri, sehingga mereka tidak sepenuhnya bergantung pada perusahaan.
  3. Kolaborasi perusahaan dengan pemerintah dan tokoh adat untuk memastikan bahwa tradisi lokal tetap dilestarikan, dan dampak lingkungan dapat diminimalkan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline