Medan, Juni 2015.
Lahir dalam keluarga yang kurang mampu dan tidak memungkinkannya meneruskan sekolah tidak turut serta menyurutkan semangat dan nyali Martin Rambe, yang saat ini sudah menyelesaikan studi S-1 Ilmu Administrasi Negara FISIP USU. Merupakan sosok pemuda yang sekarang ini sangat jarang ditemui, dengan tekad dan semangat mencari ilmu sebagai bekalnya di masa depan. Prinsip yang selalu dipegang oleh Martin Rambe menyatakan bahwa hanya melalui pendidikanlah kondisi mental dan ekonomi akan dipulihkan.
Menyadari betul bahwa pendidikan adalah kunci untuk keluar dari gerbang kemiskinan, Martin Rambe bertekad untuk meneruskan sekolah ke perguruan tinggi negeri dan tahun 2011 ia terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP USU. Bekerja sambil kuliah ia lakukan untuk membiayai sendiri biaya hidup dan kuliahnya di Medan. Namun begitu, prestasi akademik Martin tidak terbengkalai. Martin mendapatkan beasiswa prestasi dari kampus yang membantunya memenuhi kebutuhannya selain dari gaji yang ia terima sebagai operator warnet.
Martin Rambe mendapatkan beasiswa dari Tempo Institute, yang kemudian menghantarkannya mengikuti pelatihan kepemimpinan, jurnalistik dan kebangsaan. Bertemu dengan para pemenang Tempo Institute dari daerah lain Indonesia membuatnya tersadar akan keberadaannya sebagai pemuda Indonesia. Pemuda yang selama ini mengabaikan jati dirinya, yang tidak menganggap Indonesia sebagai bangsa yang besar. Pelatihan tersebut akhirnya mengubah cara pandang Martin Rambe dan sikap hidup yang ia miliki. Ia kemudian bertekad untuk terlibat langsung dalam pelayanan masyarakat, sebagai pemuda yang menunjukkan kecintaannya dengan berbuat.
“Saya tidak mau menjadi pemuda yang hanya duduk menyaksikan dan mengkritik tetapi sebagai pemuda yang memberi sesuatu bagi sekitar sekalipun berdampak kecil,”tuturnya dengan lugas. Ia menyimpan keinginan itu sambil mempersiapkan dirinya. Martin yang saat itu meraih prestasi peringkat ke-7 lomba menulis yang diadakan Tempo Insitute, tak lama kemudian kembali menyabet penghargaan sebagai 17 penulis terbaik BCA Finance se-Indonesia yang juga menghantarkannya mengikuti kamp kebudayaan dan kebangsaan di Jakarta. Pada bulan Maret 2014, Martin kembali meraih kesempatan dengan terpilihnya ia sebagai satu-satunya delegasi provinsi Sumatera Utara dalam kegiatan Indonesian Youth Dialogue yang saat itu diadakan di Jakarta. Lalu pada bulan Mei 2014, Martin menjadi delegasi Provinsi Sumatera Utara ke Jakarta untuk kegiatan Indonesian Culture and Nasionalism. Setiap pertemuan yang diadakan secara nasional itu semakin menumbuhkan kecintaannya terhadap bangsa Indonesia.
Akhirnya pada bulan Juli 2014, Martin Rambe mendirikan sebuah komunitas yang bertujuan untuk aksi sosial dan pengabdian masyarakat yang bernama Aksi Indonesia Muda Medan. Aksi Indonesia Muda Medan aktif memberdayakan masyarakat miskin dan ikut mengupayakan gerakan pendidikan informal untuk anak-anak/generasi penerus bangsa terkhususnya anak-anak yang termarjinalkan. Komunitas ini sudah ada di beberapa kota Indonesia, dan berawal di Makassar. Hal itu dilakukan ketika bertemu dengan pendiri Aksi Indonesia Muda Makassar yang menceritakan komunitas itu dan apa yang pemuda Indonesia lakukan. Martin yang saat itu sudah berniat mendirikan komunitas yang akan diberi nama Lingkar Tcinta akhirnya memutuskan untuk membuat komunitas di regional Medan dengan nama yang sama yakni Aksi Indonesia Muda Medan. Martin menyebut bahwa tidak perlu memiliki banyak komunitas dengan nama yang berbeda-beda jika tujuan dan kerinduaan pemuda indonesia adalah sama. Ketika memiliki satu nama komunitas diseluruh Indonesia maka itu akan memberikan semangat, jiwa dan kecintaan yang sama sehingga akan menimbulkan suatu kegerakan yang sama oleh pemuda Indonesia.(KP)
###
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H