Lihat ke Halaman Asli

Bersifat Konsisten, Apakah Perlu?

Diperbarui: 24 Juni 2021   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengetahui pentingnya sikap konsisten (unsplash/aaron burden)

"Ingin sukses? Jadilah konsisten","konsisten adalah kunci sukses","tidak konsisten penyebab terbesar kegagalan". Itu beberapa kalimat yang berbekas dikepala setelah membaca artikel tentang kata konsisten. 

Kesuksesan sangat melekat pada kata konsisten. Saat melakukan pencarian kata konsisten di mesin pencarian (google). Selain artikel pengertian atau definisi konsisten, artikel yang membahas sifat konsisten sebagai alat untuk sukses padat memenuhi  daftar pencarian. 

Kata konsisten merupakan serapan dari consistent dan consistentem yang berarti 'berdiri dengan kokoh' atau 'berdiri tegak'. Dari kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), konsisten artinya  'tetap (tidak berubah-ubah)',  'taat asas' atau 'ajek'.  KBBI juga mengartikan konsisten sebagai 'selaras atau sesuai'.

Dalam kehidupan sehari-hari kita dituntut untuk menjadi konsisten, entah itu tuntutan dari dosen, senior, teman, saudara, dan bahkan orang tua. Dituntut untuk tetap pada pendirian, tidak berubah-ubah, dan focus pada tujuan awal yang dimana tujuan akhir dari tuntutan itu adalah menjadi pribadi yang baik dan mendekatkan diri pada kesuksesan, katanya.

Namun, untuk menjadi konsisten itu tidaklah mudah dan sangat membosankan. Selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang sempit, tidak bebas dan terlihat kaku dalam menghadapi situasi yang hadir karena dipagari oleh tujuan awal agar tidak melenceng, sehingga seseorang sulit mengeksplorasi diri yang sejatinya "manusia adalah kebebasan" (A. Setyo Wibowo & Majalah Driyarkara, filsafat Eksistensialisme Jean-Paul Sartre, 2011)

Pernah mencoba inkonsisten? (gambard olahan penulis)

Baca juga : Ganjar Pranowo, Antara Pencitraan dan Konsistensi

Dari penjelasan diatas maka timbul pertanyaan 'apakah inkonsisten itu bersifat buruk?'. Mari kita sedikit berbicara tentang seorang filsuf bernama Jean-Paul Sartre. 

Eksistensi mendahului esensi; eksistensi adalah kontigensi; manusia adalah kebebasan. Itulah ide-ide umum yang dikenal dari Jean-Paul Sartre. Menurutnya manusia itu kontigensi, selalu menjadi (proses), dan otentiknya manusia ialah yang eksistensinya sendiri ia pilih dan ia jalani secara bebas.

Kontigensi menurut Dr. A. Setyo Wibowo ialah sesuatu yang berlawanan dengan absolut, mutlak atau yang memiliki landasan kokoh. Artinya, kontigensi juga merupakan suatu yang remeh-temeh tanpa konsistesi, tidak pasti, selalu berubah dan terombang-ambing.

Baca juga : Konsisten pada Bidang yang Digeluti Salah Satu Cara Membangun Personal Branding

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline