Surabaya, 22 Agustus 2024 - Pendidikan vokasi merupakan model pendidikan yang mengusung keunggulan berupa 70% praktek dan 30% teori dengan harapan dapat menjadi salah satu jawaban dalam permasalahan penyiapan lulusan perguruan tinggi dengan keahlian terapan yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah sangat gencar menggalakkan pendidikan vokasi sebagai salah satu jalur yang dapat ditempuh untuk meningkatkan daya saing bangsa. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan pendidikan vokasi baik di level pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi seperti semboyan "SMK Bisa!" dan pendirian beragam Politeknik baru di berbagai wilayah negeri ini.
Hal tersebut terus dilanjutkan oleh pemerintahan selanjutnya, bahkan menjadi sangat terasa pada level pendidikan tinggi sejak pendidikan tinggi dilepas dari Kemendikbud dan digabungkan ke Kemenristekdikti. Penguatan pendidikan vokasi hingga memiliki label "lulus kuliah langsung kerja" tersebut, tidak heran jika memberikan semangat dan motivasi baru di tengah masyarakat kita yang kemudian beralih minat untuk menyekolahkan putra-putrinya ke pendidikan vokasi daripada di pendidikan akademik. Bahkan di periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo ini dimana pendidikan tinggi dikembalikan ke Kemendikbud, diperkirakan masih akan terus terjadi pengembangan di pendidikan vokasi, terlebih dengan terpilihnya Mendikbud Bapak Nadiem Makarim yang sangat terbuka dengan teknologi informasi.
Dalam pendidikan vokasi terdapat 5 jenis pendidikan vokasi di Indonesia, seperti Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah Kejuruan, Akademi Komunitas, Politeknik, Universitas, dan Balai Latihan Kerja (ADB, 2015). Dalam perjalanan program pendidikan vokasional yang telah dilakukan, ternyata memiliki hambatan khususnya hambatan di bidang ketrampilan dan patriotism. Beberapa contoh hambatan di bidang keterampilan dalam melaksanakan program pendidikan vokasi yaitu:
1. Sistem pendidikan dan pelatihan vokasi saat ini belum menghasilkan lulusan yang memadai dan memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan dengan keterampilan yang tinggi
2. Sistem pendidikan menghasilkan cukup banyak lulusan semi-terampil, sementara pasar kerja memiliki kapasitas yang terbatas untuk menyerap -lulusan tersebut
3. Pengembangan bidang keahlian di lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi belum sejalan dengan kebutuhan industri dan belum merespon kebutuhan pasar
4. Lemahnya komitmen bersama secara aktif dalam mendukung pelaksanaan dan penguatan pendidikan vokasi
5. Kurikulum pendidikan belum mampu beradaptasi dengan kebutuhan dunia usaha dan industri (DUDI)
6. Pendidikan vokasi belum menjadi pilihan utama bagi kebanyakan calon mahasiswa dan masyarakat secara umum
7. Alokasi anggaran pendidikan vokasi masih belum mencukupi banyak hal
8. SDM tenaga politeknik umumnya berlatar belakang pendidikan akademis
9. Minat masyarakat umum kebanyakan masih fokus terhadap pendidikan jangka pendek
10. Kurangnya dukungan dari pemerintah daerah dalam alokasi dana beasiswa pendidikan
11. Terbatasnya dosen vokasi yang memiliki gelar S2 itu sangat susah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H