Dalam Undang-Undang No. 20 Pasal 40 Ayat 2 menjelaskan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Pasal 19 Ayat 1 berbunyi:
"Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologi peserta didik". Rancangan pembelajaran yang inovatif tentu membutuhkan peran guru dalam menciptakan pola pembelajaran.
Maka dari itu lahirlah strategi pembelajaran fun learning, strategi yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menerapkan kurikulum, menyampaikan materi, memudahkan proses belajar yang mengakibatkan prestasi belajar peserta didik mengalami perbaikan.
Dengan kata lain, pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup bila proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung. Dan pembelajaran Scientific approach adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communication).
Scientific approach dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagi materi manggunakan pendekatan scientific. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber pengamatan, bukan sekedar diberikan oleh guru.
Metode scientific ini memiliki karakteristik "doing science". Metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk peserta didik melaksanakan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.
Bagi guru dalam menerapkan startegi belajar waktu guru menyampaikan presentasinya hanya 30%, sedangkan 70% digunakan untuk peserta didik beraktivitas. Keberhasilan pembelajaran akan lebih cepat terwujud apabila proses transfer dilakukan dengan suasana yang menyenangkan. Suasana Pembelajaran yang Menyenangkan Suasana belajar mengajar yang tercipta di dalam kelas agar dapat membuat peserta didik melakukan pengalaman, interaksi, komunikasi, dan refleksi.
Dalam menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan bertanggung jawab belajar peserta didik, maka guru harus selalu mengembangkan sikap dan perilaku diantaranya: 1) Terbuka dan mendengarkan pendapat peserta didik 2) Membiasakan peserta didik untuk saling mendengarkan saat berbicara 3) Menghargai perbedaan pendapat 4) Mentolelir perbuatan peserta didik yang salah dan mendorong untuk memperbaiki 5) Menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri peserta didik 6) Memberi umpan balik terhadap hasil kerja peserta didik 7) Tidak pelit untuk memuji dan menghargai hasil karya peserta didik 8) Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya peserta didik sekalipun kurang berkualitas 9) Mendorong peserta didik untuk tidak takut melakukan kesalahan dan berani menanggung resiko atas semua tindakannya.
Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan. Menyapa Peserta Didik dengan Ramah dan Semangat Menciptakan awal yang berkesan adalah penting karena akan mempengaruhi proses selanjutnya. Jika awalnya baik, menarik, dan memikat, maka proses pembelajaran akanlebih hidup dan menggairahkan. Salah satu hal yang harus dikedepankan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan adalah menyertakan partisipasi peserta didik di dalam kelas.
Selain untuk membangun komunikasi dengan peserta didik, guru PAI juga dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan bagi peserta didik. Jika situasi ini tak terbangun, bisa jadi peserta didik akan merasa canggung berbicara dengan guru dan komunikasi tidak akan berjalan baik.
Akibatnya, guru juga akan mengalami kesulitan untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan peserta didik. Oleh karena itu guru selalu mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat kepada peserta didik, misalnya "anak-anak senang bertemu kalian hari ini, kalian adalah anak-anak yang hebat". Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah memantulkan energi positif yang dapat mempegaruhi semangat para peserta didik. Dapat dibayangkan jika seorang guru ketika memulai pembelajaran dengan raut muka ruwet, tidak senyum, penampilan kusut, tentu saja suasana kelas menjadi menegangkan dan menakutkan.