Berdasarkan penanggalan Jawa, malam 1 Suro adalah awal bulan pertama Tahun Baru Jawa atau pertanda masuknya bulan Suro. 1 Suro pada kalender Jawa bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriyah. Tradisi tayub selalu menjadi rutinitas wajib warga desa Talok di bulan Suro atau Muharram.
Tidak hanya tayuban warga Talok juga melaksanakan pengajian pada malam Senin Legi dan arakan pada hari Senin Legi bersamaan dengan tradisi tayub.
Punden Gunung Djati dijadikan tempat melakukan tradisi Tayuban oleh masyarakat pedukuhan Jatirenggo. Tayub merupakan singkatan dari "Ditoto Nganti Guyub" yang berarti ditata dengan kebersamaan. Tradisi Tayuban dilakukan setiap Senin Legi pada bulan Suro. Tradisi ini diawali dengan mengaji bersama pada malam hari, yang kemudian pada esok harinya semua masyarakat Jatirenggo bergotong-royong membersihkan makam para leluhur mereka di punden Gunung Djati.
Masyarakat bersama pemerintah desa bersama-sama ke punden gunung Djati dengan membawa makanan, tumpeng, serta ayam ingkung dan mengikuti serangkaian acara yang terdiri dari sambutan dari pemerintah desa, doa bersama, dan pengucapan ikrar Jawa. Pada siang harinya dilanjutkan dengan puncak acara yaitu penampilan dari kelompok tayub.
Tradisi ini muncul akibat sebuah peristiwa yang mengakar pada pikiran masyarakat. Tempo dulu, sebagian masyarakat Jatirenggo terjangkit penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh seorang pun. Karena itu, mereka harus dipisahkan ke sebuah tanah lapang agar tidak menularkan pada masyarakat yang lain.
Pada suatu hari terdapat sekelompok pengamen yang datang terdiri dari dua orang pemain musik Jawa bersama satu orang penari atau yang disebut tandak dan membuat pertunjukkan tari dengan diiringi musik secara khidmat. Para masyarakat yang terjangkit penyakit tertarik untuk menyaksikan pengamen tersebut. Hebatnya, masyarakat yang terjangkit penyakit tiba-tiba sembuh.
Sesaat setelah pertunjukan selesai, kelompok pengamen tiba-tiba menghilang entah ke mana. Untuk menghormati para pemain tandak pengamen tersebut, setiap Senin Legi pada bulan Suro masyarakat Jatirenggo menggelar acara tayuban untuk dijadikan tradisi yang tetap lestari sampai saat ini.
Tradisi ini dilakukan secara turun-temurun, dan diyakini jika tradisi ini tidak dilakukan maka akan terjadi pagebluk atau musibah penyakit yang menimpa masyarakat. Sehingga wajib bagi masyarakat untuk melaksanakan tradisi ini agar terhindar dan dilindungi dari musibah tersebut.
Runtutan kegiatan peringatan 1 Suro dilaksanakan dengan khidmat dan meriah oleh warga Desa Talok. Tim KKN Reguler 2022/2023 Universitas Negeri Malang Desa Talok turut serta dalam kegiatan ini dengan antusias. Tentunya dengan kegiatan ini Tim KKN dapat menjalin hubungan yang erat bersama masyarakat Desa Talok dan menciptakan karakter serta pengalaman yang berarti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H