Sebelumnya, selamat buat seluruh warga berKTP Jakarta, maupun warga yang numpang mencari nafkah di ibukota. Setiap 5 tahun sekali, kalian punya Gubenur baru, ibarat memiliki sebuah mobil, waktu 5 tahun memang sudah out of date, pilihannya adalah mengganti mobil baru atau memodifikasi mobil tersebut agar terlihat lebih segar dan ada suasana baru. Tapi kali ini warga Jakarta lebih memilih untuk mengganti mobil baru. Oke, tidak masalah, karena siapapun berhak soal pilihannya.
Bagi pendukung Ahok, tak perlulah kecewa berlebihan, nangis darah, mau pindah dari Jakarta, tidak mau mengakui hasil quick count, bahkan hingga mau potong payudara. Menjadi rasional adalah pilihan tepat di dunia yang penuh teka-teki ini. Siapapun Gubernurnya mau Ahok ataupun Anies, Jakarta akan berjalan seperti biasanya, perbedaannya hanyalah mana yang bisa menggeber Jakarta lebih cepat atau standar-standar saja, mungkin juga berdiam di tempat. Jika membayangkan Jakarta ketika dipimpin Anies akan jatuh, mundur, bla..bla..bla, janganlah sampai phobia berlebihan, wong Banten Gubernur enggak ada yang beres saja pun, warganya tetap hidup seperti biasa. Bedanya adalah Banten ya cuma begitu-begitu saja tanpa pergerakan signifikan. Sama halnya Jakarta yang akan dipimpin oleh Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, mereka belum kerja kok sudah dibayangkan yang enggak enak-enak. Optimis dulu, evaluasi kemudian.
Setelah kekalahan Agus di putaran pertama, rasanya putaran kedua pun sudah cukup tertebak Ahok akan sulit meraih pemilih Agus yang mayoritas akan berpindah secara signifikan ke kubu Anies. Jika Ahok tidak mampu meraih 50% di putaran pertama, sebenarnya sudah dapat dipastikan dia akan kalah di putaran kedua. Saya pun menikmati kekalahan Ahok dengan semangkuk Mie Ayam Wonogiri yang jadi bahan taruhan saya dengan rekan. Kesempatan Ahok hanya ada di putaran pertama, karena suara mayoritas muslim terbagi di dua pilihan.
Setelah mengetahui hasil quick count, dengan perolehan angka yang cukup terpaut jauh rasanya sulit hasil real count akan mengubah posisi secara signifikan. Walaupun belum diresmikan, Anies Sandi kemungkinan besar adalah Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta paling anyar untuk seluruh warga Jakarta, iya Gubernur sah pendukung Pro maupun Kontra. Rasanya tugas pemilih sekarang adalah bukan lagi untuk mempromosikan jagoan mereka, maupun menjelekan musuh yang dijagokan, tugas warga Jakarta adalah mengawasi, ikut mengevaluasi, dan menagih janji program-program yang sudah dijanjikan pada proses kampanye. Jangan sampai ada perkataan nyinyir "milih enggak, kok nagih-nagih", yang begini ya lucu, namanya warga ya semuanya berhak diberlakukan dengan adil dan sama, termasuk menagih program yang sudah dijanjikan walaupun tidak setuju dengan program tersebut sekalipun.
Saya rasa program yang ditawarkan Anies Sandi tak kalah menarik dibandingkan Ahok, programnya bisa dibilang sangat "menjanjikan" dan mampu menyenangkan hati siapapun yang mendengarkannya, walaupun kurang rasional sekalipun. Dan sebagai warga luar Jakarta yang turut terimbas dengan riuh pilkada sampai-sampai konflik keluarga hanya gara-gara pilkada, rasanya saya juga berhak untuk memberikan deretan program yang sudah dijanjikan sebagai catatan ke depan, apakah program ini akan terealisasi ataupun tidak.
Warga Jakarta, selamat mengawasi deretan program "menjajikan" Anies Sandi!
Enjoy...
***
Program KPR DP 0%
Untuk para pendukung Ahok, stop nyinyir dengan program yang sebenarnya irrasional jika diberlakukan di Jakarta ini. Bukankah seharusnya kalian lebih senang, program ini akhirnya dipilih oleh warga Jakarta untuk mensejahterakan seluruh penduduk Jakarta. Walaupun sebenarnya saya sendiri agak ragu apakah warga menengah ke bawah mampu mencicil rumah seharga 350 juta. Pada program DP 0 rupiah, warga atau konsumen yang ingin mendapatkan fasilitas tersebut harus terbukti mampu menabung sebanyak Rp 2,3 juta per bulan selama enam bulan.
Boro-boro 2,3 juta, cicilan motor 700ribu saja pun, masih banyak warga yang masih menunggak. Sejak awal program ini diluncurkan, sebenarnya saya jadi agak bingung apakah sudah tersinkronisasi dengan rencana program jutaan rumah yang dicanangkan pemerintahan pusat dan PUPR, alasan Presiden dan PUPR membangun rumah-rumah murah dengan harga seratus jutaan bagi saya adalah solusi terbaik soal tempat tinggal bagi warga miskin tak hanya Jakarta, tapi seluruh Indonesia. Harapannya adalah warga tidak lagi-lagi Jakartasentris, karena rumah murah ini dibangun benar-benar memanfaatkan lahan yang selama ini dianggap tidak memiliki nilai jual, di pinggiran terluar Bodetabek. Program ini seperti bertentangan, mengarahkan siapapun untuk kembali Jakartasentris. Menjadikan orang mengurungkan niat untuk memiliki rumah di pinggiran Bodetabek, dan membangun kehidupan yang dahulu dianggap "mati".
Tapi, tak apa, inilah program yang mungkin bisa jadi angin segar untuk tetap bisa tinggal di Jakarta. Karena ini adalah program pendanaan, mulai dari sekarang silakan hunting rumah 350 juta di Jakarta, dan ajukan dengan program DP 0 rupiah, clue yang sudah diberikan Anies adalah hunting di website Rumah123, kalau enggak dapat ya cari terus dan terus sampai dapat. Dan bantu informasikan kami warga luar Jakarta apakah program ini berjalan atau tidak, siapa tahu kita bisa urus KTP juga ke Jakarta. Tapi dengan harga 350 juta, seandainya Anda tidak akan dikenakan bunga sekalipun --karena jika kena bunga hukumnya Riba bagi umat muslim--, setiap debitur wajib membayarkan cicilan sekitar 2 juta setiap bulannya. Apakah warga miskin sanggup? Saya tidak tahu. Iuran rusun sebesar 350 ribu pun banyak yang menunggak. Tapi bank atau developer mana yang berniat untuk beramal kepada jutaan warga Jakarta, bekerja sukarela tanpa bayaran?