Ilustrasi: Guardian
Sekitar satu dekade sudah, kumpulan pria gemulai telah menghiasi layar kaca Indonesia. Dengan gaya khas agak sedikit dibuat-buat, bagaikan virus zombie yang akan terus mencari celah, latah menjadi trendsetter penikmat layar kaca Indonesia mengimbangi kepopuleran "rantai" gigi.
Ya, publik Indonesia kini lebih suka latah, latah mengikuti zaman, latah untuk mengikuti apapun yang sedang tren. Henpon beda ukuran megapixel saja, bela-belain ngutang yang penting bisa selfie dengan kamera 13mp, yang muaranya hanya berakhir di galeri media sosial. Ojo dumeh kaya.
Ikutan-ikutan acara jedag-jedug, artisnya Armin van Buuren dari londo. Kirain ada liriknya, mau ikutan nyanyi enggak bisa, akhirnya cuma teriaaaak "Wooohoooo" pas artisnya ngomong enggres. Acara belum selesai, satu jam puyeng bledagbledug akhirnya pulang. Tiket dua juta dibuang, "yang penting goyang, bro!". Halaaah...
OJo kagetan, cek kalender angka merah ada empat buru-buru cari tiket, siap-siap duit, mau liburan katanyah. Orang Indonesia itu lebih kenal tanggal 5-6 Mei itu, cuti massal katanyah. Happy long weekend katanyah. Akhir pekan foyah-foyah. Liburan macet-macetan katanyah, sukurin.
Jarang ada yang peduli 5-6 Mei itu peringatan 40 hari setelah kebangkitan Yesus, enggak ada yang peduli ini peringatan Rasulullah S.A.W mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu. Orang Indonesia tahunya ya tanggal merah, liburan.
Gara-gara si hepi long weekend, yang ngurus masjid sama gereja ikutan liburan, gelar acaranya diganti minggu depan saja, biar lebih ramai. Enggak semua tapi, ucapkanlah hamdalah jika masjid atau gerejanya masih gelar acaranya di dua hari ini.
Entah mengapa momen ini selalu berulang, menjelang hari terakhir di kantor, mulai jam 4 kantor mendadak sepi. Mau buru-buru pulang, mau siap-siap buat jalan-jalan katanyah. Padahal mereka sendiri saya yakin tahu, traveling di liburan panjang ini resikonya tempat penuh dan ramai, kalo beruntung sih bisa sampai di tujuan, buat yang jalannya ngaret siap-siap liburan di jalan tol, di tengah hutan, makan kacang, mangga, sama tahu yang sudah asyem, rasain!
Mulai dari kemarin, ranu kumbolo, goa pindul, karimun jawa apalagi pulau seribu, lebih mirip komunitas montor lagi gathering se-Indonesia. Alhamdulillahnya, semua keuntungannya masuk ke dompet penghuni lokal, astaghfirullahnya sesudah hepi long wiken penghuni lokal bakalan lebih sibuk bersihin sampah yang dibuang kumpulan traveller dengan kaos mai trip mai edventur, katanyah.
Bang Aji orang Makassar yang lahir di Karimun Jawa yang menjadi teman pemandu selama snorkeling bulang kemarin ini mengeluhkan bahkan sebelum hepi long wiken dimulai, "mulai 5 mei, rasanya mau nutup saja pulau Karimun Jawa mas kalo saya bisa, capek bersihinnya".
Loh, tetapi pemasukannya bukannya juga masuk lebih banyak bukan?, "Iyo, pemasukan uang sama sampahnya juga berkali lipat. Disuruh buang di tempat sampah, malah cekikikan".