Kita hidup di dunia ini tentu membutuhkan suatu komunikasi dengan orang lain entah itu menggunakan komunikasi verbal seperti berbicara secara tatap muka maupun non-verbal seperti gerakan tubuh, tulisan, maupun chatting melalui handphone. Untuk berkomunikasi kita juga memerlukan suatu bahasa atau kosakata pemersatu yang dapat dimengerti oleh orang lain maupun pembacanya.
Hal ini tentu digunakan untuk mempermudah pemaknaan supaya terdapat satu makna yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak ataupun suatu kelompok. Tetapi hal ini terkadang tidak relevan dengan kehidupan berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi, tiap individu biasanya memiliki bahasa yang hanya mereka sendiri yang tahu artinya atau suatu kelompok yang dapat memahami artinya. Tidak sembarang orang dapat mengerti arti dari bahasa tersebut. Hal inilah yang biasa dinamakan slang atau bahasa gaul.
Slang (dalam Nurpratiwiningsih, 2020, h. 2) merupakan variasi sosial yang memiliki sifat khusus dan rahasia. Artinya, variasi ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok. Oleh karena itu kosakata yang digunakan dalam slang ini dapat berubah-ubah.
Slang umumnya merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh kaum muda dan kaum remaja. Biasanya kita tahu bahwa penggunaan slang lebih banyak digunakan oleh generasi millenial dan generasi Z. Contohnya seperti 'ngab' yang artinya panggilan 'bang' tetapi dibalik kata-katanya, kemudian 'sokin' yang artinya menggantikan kata 'sini'.
Jadi kalau kedua kata itu digabung menjadi "sokin ngab" yang artinya "sini bang". Selain itu ada slang seperti 'bund' yang diambil dari kata 'bunda' yang artinya memanggil teman wanita sebaya, kemudian 'halu' yang diambil dari kata 'halusinasi'. Jika kedua kata tersebut digabungkan menjadi "Lagi halu ya bund?" yang artinya adalah "sedang halusinasi ya?".
Masih banyak sekali kata slang keren yang digunakan oleh generasi millenial dan generasi Z. Tapi apakah kalian tahu bahwa jumlah slang yang digunakan pada generasi boomer juga tidak kalah banyak dan keren dibandingkan dengan generasi millenial maupun Z? Pada artikel kali ini, saya akan membahas mengenai kata-kata slang yang digunakan oleh remaja di era 90an. Di artikel ini saya juga mewawancarai beberapa narasumber yang dahulu pernah hidup di era 90an.
Pada artikel ini saya mewawancarai dua narasumber yang masing-masing dari narasumbernya pernah mengalami masa remaja di era 90an. Tentunya masing-masing dari mereka memiliki bahasa gaulnya sendiri yang unik, keren, dan tidak kalah dengan slang di generasi millenial dan Z. Narasumber pertama yang saya wawancarai merupakan pria berumur 43 yang berasal dari Yogyakarta. Ketika masa mudanya, beliau memiliki beberapa slang sapaan terhadap teman dekatnya seperti 'to', 'dab', 'ndes', 'yu', 'lay', 'jo'.
Keenam kata slang sapaan tersebut beliau gunakan ketika beliau menyapa temannya yang memang sudah sangat akrab sekali ketika jaman 90an karena menurut beliau, sapaan tersebut jika dilontarkan kepada orang yang tidak dikenalnya akan menimbulkan masalah. Jika dilihat-lihat ada beberapa persamaan slang diantara beberapa kata slang tersebut seperti 'ndes' dan 'to' yang juga kerap kali digunakan oleh remaja generasi milenial dan Z khususnya di pulau Jawa karena kedua kata tersebut masih erat terhadap bahasa Jawa lokal.
Selain sapaan, beliau juga memiliki beberapa kosakata yang beliau gunakan ketika berbicara dengan teman dekatnya seperti "poya" yang artinya 'tidak', 'motik' yang artinya uang. Jika digabungkan menjadi "poya motik dab" artinya adalah "tidak punya uang kawan". Beliau juga memiliki slang bahasa kasar seperti 'pabusakilab' yang artinya adalah "asu bajingan". Menurut beliau 'asu' diambil dari bahasa jawanya binatang anjing sedangkan 'bajingan' yang artinya "kurang ajar". Beliau mengatakan bahwa kata-kata tersebut ia lontarkan hanya sebagai bercandaan saja karena kata-kata tersebut beliau lontarkan kepada teman dekatnya saja.