Lihat ke Halaman Asli

Kevin Matheus Lohy

Mahasiswa Universitas Airlangga

Bantar Gebang, Bukti Krisis Sampah Indonesia

Diperbarui: 10 Desember 2024   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang yang terletak di Bekasi, Jawa Barat pastilah tidak asing terdengar di telinga kita. Permasalahan sampah di Bantar Gebang ini sempat disorot oleh salah satu aktor legenda, yakni Leonardo Dicaprio melalui postingan ulang pada instagramnya sehingga TPST Bantar Gebang mendapatkan exposure dari negara-negara lain. Gunungan-gunungan sampah yang sudah melebihi kapasitas, bahkan dikatakan sudah melebihi empat puluh meter. Truk truk sampah yang datang perharinya dengan membawa rata-rata 7.000 ton sampah menurut data tahun 2022 silam. Bagaimana hal ini tidak menjadi sorotan mata dunia? 

Persoalan mengenai sampah masih sebagai galat satu tantangan yang wajib segera dipecahkan di Indonesia. Sampah yang muncul dari kegiatan yang dilakukan manusia semakin bertambah volumenya seiring meningkatnya populasi penduduk, taraf konsumsi, dan kemajuan teknologi. Jumlah penduduk Indonesia 2024 adalah 281.603.800 jiwa. Dengan semakin banyak pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, maka persoalan sampah akan terus bertambah apabila tidak diatasi dengan sesegera mungkin. Selain, pertumbuhan penduduk yang mendorong dihasilkannya limbah rumah tangga yang menumpuk di TPST ini, banyak hal yang menjadi faktor penyebab penumpukan sampah di TPST Bantar Gebang ini. Luas lahan yang tidak dapat menampung semua sampah yang datang di setiap harinya juga menjadi alasan terjadinya penumpukan sampah di TPST Bantar Gebang ini. Sampah-sampah yang datang tidak hanya dari satu daerah tetapi banyak daerah di sekitar Bekasi juga menjadi alasan terjadinya penumpukan sampah di tempat ini. 

Lantas, apakah kita hanya diam saja melihat hal ini? membiarkan sampah-sampah ini terus menumpuk dan menggunung tanpa melakukan tindakan? padahal seperti yang kita tahu bahwa sampah adalah sumber dari penyakit. Masyarakat sekitar TPST sudah pasti terganggu, bukan hanya dari segi lingkungan tapi juga mengganggu kualitas hidup mereka. Air-air dan sumur-sumur yang berpotensi terkontaminasi dari limbah cair tumpukan sampah. Bau menyengat dan gas metana yang terjadi karena reaksi reaksi pembusukan menyebabkan pencemaran udara dan memiliki potensi yang bahaya. Meskipun nyatanya sudah banyak gerakan gerakan dan komunitas untuk membangkitkan kesadaran untuk mengurangi penggunakan produk-produk sekali pakai buang, produk-produk berbahan plastik dan produk-produk yang sulit teruraikan. Namun, kenyataannya cara ini tidak cukup efektif untuk mengurangi tumpukan sampah di Bantar Gebang ini. 

Perlunya pemerintah segera mencari solusi dan melakukan tindakan besar untuk TPST Bantar Gebang dan dibarengi dengan terus menanamkan kesadaran terhadap penggunaan plastik dengan cara yang lebih persuasif dan efektif. Pemerintah juga perlu lebih tegas dengan hukum terkait produksi-produksi bahan yang masih menggunakan plastik dan juga hukum terhadap pengelolaan sampah. Pemerintah bisa mencari cara dengan berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk melakukan riset penelitian untuk menciptakan strategi dan teknologi yang dapat menjawab semua permasalahan sampah di TPST Bantar Gebang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline