Lihat ke Halaman Asli

Yuliana. Jfr

Manusia Biasa

Isa Prana Hamidi, Interpretasinya adalah Sejarah Sangat Penting untuk Diketahui

Diperbarui: 6 Februari 2019   09:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isa Prana Hamidi (Kiri) Doktor Husam Ismail (Kanan)

Pada musim panas kali ini Bayt Assinary, rumah budaya dan peradaban Mesir kembali mengadakan Dauroh, yang berjudul "Dauroh Atsaqofah Al-Islamiyyah".

Dauroh ini selalu diadakan 2 kali dalam setahun-nya, tujuan diadakanya Dauroh ini untuk mengenalkan kembali kepada generasi muda sejarah zaman dahulu dan peninggalanya yang dapat dijumpai pada zaman sekarang, serta fase fase perkembangan Islam, dan cemerlangnya peradaban manusia pada zaman dahulu, agar generasi muda juga ikut berpartisipasi dalam menjaga Turats (Warisan) dari leluhur yang sudah dibangun dan mereka ingin generasi sesudahnya mengetahui dan menjaganya.

Bayt Assinary terletak dijalan Port Said, depan Masjid Sayyidah Zaenab, Kairo Mesir. Rumah ini adalah rumah peninggalan zaman Dinasti Utsmaniyyah yang dialih fungsikan untuk tempat belajar Masyarakat umum, dan yang lebih menariknya, Dauroh ini tidak menarik biaya sepersen-pun, juga kualitasnya sangat terjamin, karna staf pengajar yang diundang untuk mengisinya adalah Profesor serta Doktor yang sangat berkompeten dan menguasai materi yang dibawakanya.

Sebutlah pada pertemuan pertama pada Minggu (3/2/19), kuliah umum dengan judul "Al-Imarat Al-Islamiyyah wa Mansya'at Eddiniyyah" yang menjelaskan pada kesempatan ini adalah Dr. Husam Ed-din Ismail, guru besar bidang peninggalan kuno di Universitas Ayn Syams, juga sebagai staff di "Ministry of Antiquities" Kementrian Purbakala.

Foto bersama Doktor Khairi Dumah, Sebagai Pemateri dengan judul Kuliah Umum

Pada pertemuan kemarin beliau sangat rampung menjelaskan bagaimana fase-fase berkembangnya bangunan Islam, seperti Masjid, benteng, Hamamat, Bimaristan, dan Ma'zanah (Menara untu muazzin untuk mengumandangkan azan). 

Dengan teori yang sangat rampung, dan pembawaanya yang sangat santai membuat para Audiens yang hadir mampu menangkap sebagian besar teori yang walaupun belum diketahui sebelumnya. 

Yang lebih seru, ada dialektika antara pengajar dan pendengar/pelajarnya, walaupun ada salah satu penanya yang ngotot, dalam mempertahankan statementnya, Doktor tetap senyum dan ramah dalam menghadapinya, inilah salah satu sikap seseorang yang berilmu, semakin tinggi Ilmunya semakin tidak sombong dengan pengetahuanya.

Dalam suatu pertemuan atau pembelajaran tentu tak lepas dari feedback atau hal yang didapatkan, bisa di artikan sebagai take and give memberi dan mendapatkan sesuatu, ketika pelajar memberikan waktunya iya akan mendapatkan hasilnya. 

Dan Feedback bagi saya sendiri, Mahasiswa Universitas Al-Azhar jurusan Syariah Islamiyyah, asal Jambi adalah, Dauroh ini sangat membantu saya serta sebagai penunjang tambahan pengetahuan tentang perkembangan peradaban Islam yang tak saya dapatkan di Kuliah, karna di Kuliah kami disibukkan dengan Fiqh, perbandingan Mazhab, dan Qodoya Muasharah, pada kesempatan emas inilah saya bisa menggali lagi informasi informasi penting tentang peradaban Islam didunia khususnya Mesir.

Disampaikan oleh Eman Essam Staf Bayt Assinary, kepada kami Mahasiswa asing, ia sangat senang dan bangga kepada kami yang masih terbilang muda hendak melangkahkan kaki dan dibawa pemikiranya kembali pada sejarah sejarah yang tidak semua orang hendak menghadiri kesempatan ini, apalagi notabenya kami bukan orang Arab asli, tentu perlu usaha agar bisa faham dalam kuliah umum yang diadakan pada tahun ini.

Menutup tulisan saya tentang pentingnya sejarah "Jika manusia tidak pernah mengenal sejarah ia akan kembali berperang dan meledakkan kembali nuklir. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline