Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Winaya

Bekerja di Program Studi Administrasi Publik Fisip Universitas Udayana

Fenomena

Diperbarui: 2 Juni 2024   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fenomena Subak Perkotaan Di Bali

Fenomena subak perkotaan di Bali menunjukkan konflik antara tradisi dan modernisasi, yang berdampak pada kelangsungan hidup lingkungan dan budaya lokal. Warisan budaya Subak, yang telah bertahan selama berabad-abad di Bali, kini menghadapi tantangan baru karena pertumbuhan pesat sektor pariwisata dan urbanisasi. Dengan perkembangan ini, ada konflik antara mempertahankan sistem irigasi tradisional di Bali, yang sangat penting untuk pertanian, dan mengejar kemajuan ekonomi.

Subak perkotaan Bali juga menunjukkan ketidakseimbangan antara pelestarian lingkungan alam dan pembangunan infrastruktur perkotaan. Lahan sawah yang terintegrasi dalam sistem subak semakin terancam oleh pembangunan properti komersial dan perumahan karena laju urbanisasi yang terus meningkat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa sistem pertanian tradisional yang telah memenuhi kebutuhan pangan orang Bali selama berabad-abad akan hancur.

Dibutuhkan keterlibatan masyarakat lokal, pemerintah, dan pihak terkait lainnya untuk menjaga keberlangsungan subak perkotaan di Bali. Perlu ada peningkatan kesadaran akan pentingnya melestarikan subak sebagai bagian penting dari identitas budaya dan pertanian Bali. Perlindungan subak memerlukan regulasi pembangunan yang ketat dan insentif bagi petani untuk tetap berkelanjutan.

Selain itu, pentingnya subak sebagai warisan budaya dan ekologis perlu ditingkatkan. Diharapkan pemahaman yang lebih luas tentang keuntungan dan nilai subak akan membuat masyarakat Bali lebih peduli dan terlibat lebih aktif dalam pelestarian subak di perkotaan. Untuk menjaga keberlangsungan subak di era urbanisasi dan globalisasi, kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat sangat penting.

Terakhir, pembangunan berkelanjutan di Bali harus mempertimbangkan nilai-nilai lokal dan kearifan tradisional, yang telah terbukti berdampak positif pada keberlanjutan lingkungan dan sosial. Dengan membangun sinergi antara modernitas dan tradisi, diharapkan subak perkotaan di Bali dapat tetap eksis dan berperan dalam memenuhi kebutuhan pangan, air, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

I Ketut Winaya

Mahasiswa Program Doktor Ilmu Administrasi

Fisip Universitas Jember.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline