Panca Sraddha adalah lima keyakinan dasar dalam ajaran Hindu Bali, yang mencakup kepercayaan pada lima aspek utama kehidupan spiritual. Adapun lima keyakinan dasar umat Hindu, yaitu:
- Widhi Tattwa, yaitu kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).
- Atma Tattwa, yaitu kepercayaan pada adanya atman (jiwa) dalam setiap makhluk hidup.
- Karma Phala, yaitu kepercayaan pada hukum karma, bahwa setiap tindakan akan membawa konsekuensi.
- Samsara Punarbhawa, yaitu kepercayaan pada siklus kelahiran kembali (reinkarnasi).
- Moksha, yaitu mepercayaan pada pembebasan dari siklus kelahiran kembali dan pencapaian kebebasan spiritual.
Kelima aspek dari Panca Sraddha tersebut merupakan hal yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam kelima aspek tersebut Moksha merupakan tujuan spiritual akhir dan tertinggi dalam ajaran agama Hindu.
Moksha diartikan sebagai pembebasan jiwa dari siklus reinkarnasi (samsara) dan penderitaan duniawi. Jiwa yang mencapai moksha akan bersatu dengan Brahman.
Dalam keadaan ini, jiwa akan mengalami kebahagiaan abadi dan kedamaian sejati. Untuk mencapai moksha, seseorang harus dapat menjalani hidup yang penuh dengan dharma (kewajiban dan moralitas), karma (tindakan dan akibat), bhakti (pengabdian), dan jnana (pengetahuan spiritual). Terdapat beberapa jalan utama menuju moksha, yang disebut dengan Catur Yoga. Catur Yoga adalah empat jalan atau disiplin utama dalam tradisi spiritual Hindu yang digunakan untuk mencapai moksha (pembebasan). Berikut merupakan penjelasan mengenai bagian-bagian dari Catur Yoga.
- Karma Yoga (Jalan Perbuatan). Karma Yoga yaitu melakukan suatu tindakan dengan penuh kesadaran dan tanpa ada keterikatan pada hasil yang telah dilakukan. Misalnya, membantu dengan tulus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan. Di Bali, tindakan sehari-hari yang dilakukan dengan sikap ini, seperti melakukan yadnya (persembahyangan) dan tindakan-tindakan membantu sesama tanpa pamrih dianggap sebagai karma yoga.
- Bhakti Yoga (Jalan Pengabdian). Dalam ajaran Bhakti Yoga, mengutamakan cinta dan pengabdian kepada Tuhan. Praktik ini melibatkan doa, nyanyian pujian, dan ritual yang penuh devosi. Di Bali, bhakti yoga dapat dilakukan pada saat ada upacara-upacara keagamaan seperti Galungan, Kuningan, dan Odalan, dan upacara keagamaan lainnya.
- Jnana Yoga (Jalan Pengetahuan). Untuk mencapai moksha dapat dilaksanakan melalui pengetahuan dan kebijaksanaan. Ini dapat dilakukan dengan mempelajari secara mendalam tentang kitab-kitab suci Hindu dan meditasi untuk memahami hakikat diri dan alam semesta. Misalnya, mempelajari ajaran-ajaran suci dari Veda, Upanishad, dan teks-teks lainnya dipelajari dan diresapi melalui diskusi dan meditasi.
- Raja Yoga (Jalan Meditasi). Raja Yoga berfokus pada tingkat disiplin mental dan meditasi seseorang. Melalui latihan ini, seseorang dapat mengendalikan pikiran dan mencapai kesadaran yang lebih tinggi. Praktik meditasi dan yoga yang dilakukan di tempat-tempat suci atau dalam lingkungan yang tenang merupakan contoh implementasi ajaran dari Raja Yoga.
Dalam Moksha terdapat frasa "Moksartam Jagathita Ya Ci Iti Dharma" yang merupakan tujuan hidup untuk mencapai kesejahteraan di dunia maupun mencapai moksa. Ini dapat diartikan dengan kebahagiaan di akhirat kelak atau jalan untuk mencapai Moksha. Untuk mencapai "Moksartam Jagathita Ya Ci Iti Dharma", dapat diawali dengan Wiwaha Samskara yang suci dan benar melalui ajaran Tri Saksi, sebagai berikut.
- Butha Saksi, yaitu bersaksi kepada alam semesta melalui proses pekalan-kalan yang pelaksanaannya di bawah, dengan tujuan untuk mensucikan bibit laki-laki (Sukla) dan bibit wanita (Swanita).
- Dewa Saksi, yaitu bersaksi kepada para dewa yang merupakan manifestasi dari Hyang Widhi sebagai pelaksanaan di atas yang disebut dengan nama "Widhi Widana".
- Manusa Saksi, yaitu bersaksi kepada manusia atau telah disaksikan oleh keluarga dan tetangga.
Dengan melaksanakan proses Tri Saksi, maka perkawainan akan dianggap sah secara Agama Hindu dan diharapkan nantinya akan menghasilkan keturunan yang Suputra. Suputra adalah anak yang baik, menurut apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Anak yang suputra dapat mencapai "Moksartam Jagathita Ya Ci Iti Dharma" melalui jalan Catur Purusa Artha, yaitu:
- Dharma, yaitu kebenaran yang kekal dan abadi.
- Artha, yaitu kekayaan untuk melanjutkan kehidupan.
- Kama, yaitu sifat hawa nafsu alamiah dari manusia.
- Moksha, yaitu kebebasan dari ikatan keduniawian.
Moksha dapat dibedakan menjadi empat tingkatan, diantaranya:
- Samipya
- Sampiya merupakan kebebasan spiritual yang bisa dicapai seseorang selama hidup di dunia. Samipya dapat dilakukan oleh para Yogi dan Maharsi.
- Sarupya atau Sadharmya
- Sarupya atau Sadharmya merupakan kebebasan spiritual yang didapatkan oleh seseorang di dunia ini atas kelahirannya.
- Saloyka
- Saloyka merupakan kebebasan yang bisa diraih oleh Atman, dimana atman itu sendiri sudah pernah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dengan kata lain, Atman sudah mencapai tingkatan Dewa yang menjadi manifestasi dari Brahman itu sendiri.
- Sayujya
- Sayujya merupakan tingkat kebebasan spiritual tertinggi, di mana Atman sudah bisa bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa (Brahman). Kondisi ini juga dapat disebut dengan Brahman Atman Aikyam yang berarti Atman dan Brahman sesungguhnya tunggal.
Untuk mencapai moksha berarti individu telah menyadari hakikat sejati dari diri (Atman) yang tidak terpisah dari Brahman. Ini adalah keadaan kebahagiaan dan kedamaian abadi yang melampaui semua penderitaan dan keterikatan duniawi. Moksha dalam Panca Sraddha menunjukkan betapa pentingnya pencapaian spiritual tertinggi dalam kehidupan manusia menurut ajaran Hindu, yang berusaha membawa individu menuju kebebasan dan kesatuan dengan Brahman. Hal tersebut karena dengan mencapai Moksa, makhluk hidup tidak lagi harus menerima Hukum Karma atau Reinkarnasi, karena Atman nya telah menjadi satu dengan Brahman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H