Dalam berkomunikasi pasti ada yang namanya suatu hambatan. Baik karena ada faktor eksternal maupun internal. Contohnya komunikasi lintas budaya terdapat berbagai macam hambatan-hambatan yang akhirnya menjadikan sebuah konflik. Misalnya adanya sebuah prasangka, yang pada akhirnya prasangka tersebut menimbulkan sebuah pemikiran baru terhadap oknum-oknum tertentu.
Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras.
Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional. Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang mengarahkan kelompok pada individualis berdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok.
Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial. Prasangka dapat timbul dari individu terhadap individu lain dalam suatu kelompok sosial. Selain itu, prasangka indivdual dapat timbul pada kelompok- kelompok sosial dengan individu-individu yang memiliki perbedaan yang jelas.
Prasangka individu menimbulkan perilaku berupa gosip melalui lisan atau menghindari pertemuan dengan individu lain di dalam kelompok sosial yang sama. Selain itu, prasangka individu dapat meningkat menjadi perilaku diskriminasi, kekerasan, maupun pembunuhan massal. Contoh prasangka bahwa umat Hindu menyembah patung, dan masih banyak kasus lainnya.
Didalam manajemen komunikasi kita diajarkan untuk mampu berkomunikasi efektif, nah hal itu dapat mengurangi resiko prasangka. Lalu bagaimana caranya?
Basicnya kalian harus sadar bahwa didunia ini kita hidup dengan banyak orang yang berbeda karakter, jadi harus menghargai satu sama lain untuk ketenangan semua orang. Kemudian pada dasarnya mengatur pikiran yang positif itu terkadang sulit dilakukan, jadi untuk itulah sering-seringlah berdiskusi dan menambah pengetahuan agar menghindari yang namanya negatif thingking.
Selain itu, mengurangi judge tanpa alasan terhadap suatu oknum dan kelompok akan mampu mencegah terjadinya prasangka negative seperti ini. Karena sebenarnya ideology seseorang tidak bisa diukur dari penampilan orang tersebut, melihat bahwa pemikiran manusia yang sangat dinamis menyebabkan siapa saja mampu memiliki pemikiran radikal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H