Lihat ke Halaman Asli

Ketut Suarsih

Mahasiswa Undiksha

Kelebihan Banten dalam Tradisi Hindu

Diperbarui: 16 Desember 2021   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KELEBIHAN BANTEN DALAM TRADISI HINDU

Bali yang terkenal akan keindahan alam dan kekayaan budaya, yang dimana masyarakatnya dominan berAgama Hindu, Agama Hindu sangat terkenal akan keunikannya dan sangat kaya akan berbagai symbol, menarik hati ketika orang memandangnya . Simbol-simbol itu merupakan media bagi masyarakat Hindu untuk selalu mendekatkan diri pada sang pencipta dan memohon perlindungan kehadapan sang pencipta. 

Upacara berasal dari kata Sansekerta, upa yang artinya sekeliling dan cara yang artinya aktivitas . jadi Upacara dapat diartikan sebagai Aktivitas/gerakan sekeliling manusia dalam kehidupannya untuk mengupayakan menghubungkan diri sendiri kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa.

Sarana prasarana dalam upacara yadnya khususnya di Bali adalah Upakara. Di Bali upakara yang merupakan istilah dari banten, dan banten yang artinya wali, wali yang berarti wakil yang memeliki arti simbolis dan filosofis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa banten memiliki arti wakil dari isi alam semesta yang di sembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Banten merupakan wujud dari pemikiran yang sangat lengkap dan didasari dengan hati yang suci dan tulus guna mengwujudkan Banten yang dapat dilihat oleh masyarakat dengan wujud yang snagat indah, rapi, meriah,rumit dan unik yang banyak mengandung simbol. Disertakan dengan pemikiran yang suci, tulus dan bersih. 

Banten dipakai untuk menyampaikan rasa cinta bakti dan kasih . sebagaimana ditambahkan pula dalam berbagai upacara yadnya di Bali, Ada banyak jenis dari banten seperti banten Peras, banten penyeneng, banten tataban, banten tulung, dan banten sesayut. Banten tersebut memiliki beberapa konsep hidup atau arti:

  • Banten Peras : banten peras melambangkan perjuangan adan segala doa untuk mencapai kesusksesan dalam hidup. Banten peras digambarkan sesuai dengan Tattva Agama Hindu. Di dalam banten peras terdapat Guna Sattwam yang disimbolkan  dengan benang, Guna Rajas disimbolkan dengan uang, dan Guna Tamas disimbolkan dengan beras. Unsur-unsur ini terdapat pada bantn peras
  • Banten Penyeneng : Banten yang berbentuk Sampian dan terdapat tiga kojong. Lambang dari banten ini yaitu konsep hidup yang seimbang, dinamis maupun produktif.
  • Banten Tulung : banten yang memiliki tiga kojong yang berisi nasi dan lauk-pauk dan rerasmen. Makna banten tulung yang berarti Tolong menolong, biasanya para wanita sangat terampil dalam membuat banten tersebut
  • Banten Sesayut : banten yang memiliki arti keselamatan dan kesejahteraan. Ada berbagai macam sesayut di Bali. Biasa anak yang baru habis selesai tiga bulanan melakukan persembahyangan ke setiap pura untuk melakukan persembahyangan dengan sarana upakara sesayut, agar anak itu bisa memasuki pura untuk pertama kali setelah lahir kedunia,

Banten memiliki 3 unsur:

  • Mataya yaitu bahan-banhan banten yang berwujud tumbuh-tunbuhan seperti Daun, bunga, dan buah-buahan
  • Maharya yaitu bahan-bahan banten yang berwujud binatang yang lahir tanpa telur seperti babi, jerbau, sapi, dan lain-lainnya
  • Mantiga yaitu bhan-bahan banten yang berwujud binatang yang lahir dari telur seperti ayam, itik, dan bebek

Kelebihan banten :

  • Dengan membuat Banten, masyarakat yang khususnya beragama Hindu akan selalu ingat kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa
  • Banten dibuat untuk persembahyangan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan rasa tulus dan ikhlas, maka pada saat membuat banten masyarakat seolah-olah membiasakan diri untuk bersabar dan mengendalikan diri, agar tidak marah dan egoisme.
  • Dengan membuat banten dapat membantu mendorong peningkatan gizi masyarakat
  • Dengan pembuatan banten dapat membantu perekonomian masyarakat yang mempunyai keahlian dalam bidang banten dengan menjualnya

Di Bali juga sudah tidak asing dengan teradisi yang tellah ada sejak jaman dahulu oleh Umat Hindu di Bali setiap hari yang disebut dengan istilah Banten Saiban atau banten jotan. Membanten saiban (ngejot) yang merupakan tradisi yang ada di Bali yang biasa dilakukan oleh masyarakat Bali setiap harinya atau setelah selesai memasak  dipagi hari. Mesaiban juga disebut dengan yadnya sesa yang wajib dilakukan oleh Umat Hindu dalam kehidupan sehari-hari. Nitya Karma merupakan upacara yang dilakukan setiap hari tetapi bersifat sederhana, contohnya mebanten pewedangan ( kopi) dan ajengan (nasi dan laukpauk). Mesaiban dilakukan setelah selesai memasak baru boleh kita makan setelah mesaiban

SELAMAT MEMBACA. TERIMAKASIH SEMUA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline